Vladd - Spaceboy Hilman Hariwijaya Gudang Download Ebook: www.zheraf.net http://zheraf.wapamp.com 1. Spaceboy PEGUNUNGAN itu tampak gelap dan dipenuhi pohon-pohon besar. Suasananya sunyi senyap, hanya terdengar suara-suara binatang malam. Dingin yang menggigit juga makin bikin hewan memilih berlindung di sarangnya. Sepertinya, memang tak ada tanda-tanda kehidupan. Tapi tiba-tiba di kejauhan, tampak cahaya menyorot dari sebuah senter kecil. Senter itu dibawa oleh tiga anak bandel bernama Perry Lontoh, James Raharja, dan Yudiantara. Perry yang berjalan paling depan, tampak memimpin misi itu. Di belakangnya James, dan paling belakang sekali Yudiantara dengan wajah ketakutan. Ketiga anak itu kayaknya lagi menjalankan misi rahasia. Misi apa sih? "Perry, James, kita pulang aja yuk?" ujar Yudiantara yang paling penakut, dengan suara bergetar. "Ssst, jangan berisik. Dia pasti di sekitar sini. Ikuti gue!" bisik Perry yang badannya paling berotot, karena tiap hari dia emang seneng banget ngangkat barbel. Makanya sama temen-temennya dijuluki Mr. Muscle Man. Perry berjalan membelah semak-semak. Anak buahnya pun mengikuti dengan langkah-langkah pelan. Tangan-tangan mereka menyibak ilalang yang tumbuh setinggi lutut. "Sst," itu dia!" Perry langsung merunduk, dan mengintip. Di depan mereka, tampak Vladd, cowok kecil nan ceking, "lagi konsen sendiri bekerja dengan komputer laptop mininya, yang disambungkan ke sebuah parabola kecil. Vladd duduk di sebuah batu, di puncak sebuah gunung. Di komputernya terlihat grafik yang menunjukkan getaran, seperti menerima sinyal-sinyal pesan, dan bunyi-bunyi dengungan yang menandakan ada respons dari pesan yang dikirim oleh Vladd. Vladd melotot dan berusaha memecahkan kode pesan yang diterima. Tangannya gemetar, wajahnya tegang. Dengan seluruh keahlian komputer yang dia miliki, dia bekerja cepat dan tangkas. Berusaha sekuat tenaga menerjemahkan pesan yang ia terima melalui komputer. Sementara komputernya bekerja, Vladd mengambil tape recorder kecil. Sambil melihat ke arah jam G-Shock di pergelangan tangannya, ia merekam suaranya, "Minggu, 15 Agustus... jam 24.15.... Akhirnya saya menerima pesan balasan dari sinyal-sinyal yang selalu saya kirim, sejak empat bulan yang lalu.... Pesan dari ruang angkasa...." Ketiga anak yang mengintip saling berpandangan, bengong mendengar penuturan Vladd. Vladd meletakkan kembali tape perekamnya, lalu mengetik lagi di komputernya. Di layar, tampak peta di daerah pegunungan itu dengan titik merah menyala. Vladd kaget. Hah? Pesan ini berasal dari bumi? Ada UFO mendarat di bumi? Merasa sudah bisa memecahkan kode pesan itu, Vladd meng-convert program di komputernya, dan tampak huruf-huruf aneh di layar komputer. Vladd bengong memandangi huruf-huruf aneh itu. Apa sih artinya? Vladd berpikir keras. Didengarnya suara dengungan itu seperti membentuk pola yang sama berulang-ulang. Vladd lalu merekam lagi suaranya ke tape kecil. "Apa pun pesannya, makhluk ini berusaha mengirimkan pesan yang sama berulang-ulang. Sinyalnya begitu kuat. Pesan apa, ya? Pesan ini seperti S.O.S.... Pesan minta tolong.... Bagaimana kalo memang ada. pesawat angkasa luar yang minta tolong?" Tiga pasang mata yang mengintip mulai bereaksi. James tersenyum nakal, memberi kode kepada Perry. Perry lalu memasang batu kecil di ketapelnya yang sejak tadi menggantung di leher. Perry membidikkan ke arah Vladd. TAKK!!! Tepat kena tengkuk Vladd. Vladd kaget setengah mati, sambil menjerit. Soalnya dia kan tadi lagi tegaaaang banget. Perry, James, dan Yudiantara keluar dari persembunyian mereka sambil tertawa-tawa. " Huahahahahaaaa...." Vladd menatap mereka dengan kesal, sambil mengelus-elus tengkuknya yang kesakitan. "Ngapain lo, Vladd, ngomong sendiri? Dasar anak aneh! Lo udah gila, ya?" hardik Perry. Vladd kesal. "Siapa yang gila? Gue hampir berhasil kontak sama makhluk angkasa luar, tau!! !" Perry, James, dan Yudiantara bengong, saling bertatapan, lalu tertawa mengejek lagi. "Hahahaha... Makhluk angkasa luar? Dasar tukang mengkhayal, lo!! Hahaha!!!" "Udah, sana balik ke tenda! Lo dicariin Pak Bangke! Malem-malem mojok sendirian! Digondol kuntilanak baru tau rasa, lo!" ujar Yudiantara. Vladd kesal, lalu membereskan alat-alatnya, memasukkannya ke dalam ransel. Perry yang badannya gede, menarik tangan Vladd yang mungil. Vladd berusaha melepaskan diri, tapi nggak mampu. "Udah, buruan. Gue kan seksi keamanan di sini, jadi kalo lo sampe kenapa-napa, gue yang tanggung jawab. Ayo, pulang, Anak bandel! Balik ke perkemahan!" perintah Perry Lontoh. Vladd terpaksa nurut. * * * Minggu itu anak sekolah Vladd emang lagi ngadain kemping. Kebetulan ada libur hari kejepit di antara hari Minggu dan hari Selasa. Makanya keesokan paginya, ketika udara tampak begitu cerah, tampak dua buah tenda warna-warni berdiri dengan manisnya di kaki bukit. Tak jauh dari situ mengalir bening sungai pegunungan. Anak-anak tampak happy dengan berbagai kegiatan mereka. Ada yang asyik mandi, ada yang ngangkut air, ada yang main tongkat, ada yang masak, de el el. Sementara kawan-kawannya asyik dengan kegiatan masing-masing, di sebuah bongkahan batu besar Vladd masih meneruskan mengotak-atik komputernya. Pak Bagke, guru Vladd yang nama aslinya Bambang Eko tapi disingkat kejam oleh anak-anak menjadi Bangke, mendatangi Vladd. "Kamu tuh diajak liburan, malah sibuk sama komputer melulu. Botak baru tau rasa lho! Kata Perry, semalam kamu minggat lagi sendirian ke lereng gunung, ya? Katanya kamu juga bawa-bawa komputer? Ngapain sih? Kalo diterkam macan gimana?" "Ada sesuatu yang saya kerjakan, Pak!" Vladd menjawab singkat sambil masih asyik dengan komputernya. "Sesuatu apa? Ngirirn pesan ke angkasa luar? Jangan mengkhayal, Vladd. Daripada buang waktu, enakan kita main game aja yuk?! Itu kan acara refreshing, nanti cepet tua lho!" Vladd diem. Pak Bangke ngintip ke komputer Vladd. Terlihat pesan aneh: "Sejak empat bulan yang lalu aku selalu menerima berita-beritamu. Tapi aku bingung bagaimana harus menjawab. Karena aku yakin kamu tidak akan pernah tahu bahasaku. Maka itu aku selalu mengurungkan niatku untuk membalas beritamu." "Wah, itu sih virus, Vladd. Komputer kamu kena virus!!!" ujar Pak Bangke sok tau. "Bukan. Ini pesan dari makhluk UFO. Saya harus menerjemahkannya!!!" Pak Bangke bengong, lalu tertawa ngakak. "Huahahaha... kamu ini ada-ada aja. Keras kepala banget sih? Ya udah, kalo nggak mau maen game. Kami semua mau jalan-jalan lintas alam, Kamu ikut?" Vladd menggeleng. "Ya sudah. Tapi jangan ke mana-mana lagi, ya? Ayo, Anak-anak! Kita berangkat!" Semua berteriak riang dan langsung menyiapkan ransel. Beberapa anak, termasuk Perry, Yudiantara, dan James, mengejek Vladd yang nggak mau ikut. Tapi Vladd nggak peduli. Tak berapa lama, anak-anak sudah pergi semua. Perkemahan tampak sepi. Dan Vladd pun semakin konsen bekerja dengan komputernya. Setelah berkali-kali melihat titik merah di sebuah peta dalam layar komputernya, Vladd pun memutuskan untuk menyelidiki tempat itu. Vladd menyiapkan ransel, dan mengeluarkan alat pelacak penunjuk arah yang mengeluarkan indikator lampu kecil berwarna merah, dan berbunyi bip-bip. Di layar kecil alat pelacak itu tertulis: SEARCHING FOR ALIEN. Vladd pun melangkah ke arah yang ditunjukkan itu. Di sebuah tempat yang sepi, Vladd berhenti. Ia mengarahkan alat pelacak ke seluruh penjuru. Pada arah selatan, tanda petunjuk merah berbunyi makin keras. Vladd langsung menuju selatan. Akhirnya Vladd sampai di sebuah tempat yang tersembunyi, seperti hutan yang lebat. Indikator di alat pelacaknya makin kuat. Dada Vladd berdebar-debar, tetapi ia terus memasuki hutan itu. Tiba-tiba wajah Vladd berubah tegang. Di depannya, di tempat yang agak tersembunyi, sebuah pesawat angkasa luar yang tak begitu besar tampak sudah mendarat. Jantung Vladd berdegup kencang. Untuk beberapa saat, dia tak bisa berkata-kata. Tiba-tiba pintu pesawat itu terbuka. Vladd sampai melompat ke belakang saking kagetnya. Badannya gemetar. Lalu dari dalam pesawat, muncul anak angkasa luar yang tingginya hampir sama dengan Vladd. Kulitnya berwarna keperakan. Kupingnya lancip seperti kuping Mr. Spock. Rambutnya disisir lancip ke atas, menyerupai antena. Bajunya pun baju perak, seperti baju astronaut. Makhluk itu berjalan menuju Vladd. Wajahnya tampak ramah. Wajah Vladd tegang luar biasa. Tiba-tiba dari jidat si bocah angkasa luar keluar sinar bintik-bintik bintang yang memancar lurus ke jidat Vladd. Lalu lewat pikiran atau telepati, tanpa membuka mulut, makhluk itu mulai berkomunikasi dengan Vladd. "Halo... saya Spaceboy.... Saya bocah dari angkasa luar...." . Vladd terkejut, karena menerima telepati dari Spaceboy. . "Nggak usah takut. Saya tak mengerti bahasa kamu, makanya saya berkomunikasi lewat pikiran. Balaslah kata-kata saya lewat pikiranmu...." Vladd pun berujar dalam hati, "S-saya Vladd. Nama saya Vladd...." . Dan anehnya, Spaceboy langsung mengerti. "Vladd? Senang bertemu dengan kamu, Vladd...." "K-kamu dari mana? Dan mengapa mengirim pesan ke komputer saya?" Spaceboy tersenyum. "Saya dari planet yang sangat jauh dari planet kamu. Saya dan tata surya yang lain. Namanya tata surya Zeta. Kebetulan pesawat induk saya sedang mampir di tata surya Bimasakti. Kami dalam perjalanan menjelajah alam semesta yang sangaaat luas. Ketika sedang transit, saya tertarik pada planet kamu, karena saya melihat ada kehidupan di sini. Karena kami bisa menangkap sinyal-sinyal yang terus-menerus kamu kirimkan. Maka dengan pesawat sekoci ini saya mencoba mampir...." "Kamu sendirian?" "Ya, saya memang anak nakal. Padahal pihak pesawat induk tak mengizinkan. Tapi saya nekat, saya penasaran." "Eh, t-tadi k-kamu bilang, kamu bisa menangkap sinyal saya?" "Ya, kami semua menangkap. Tapi kami tak mau memberi respons dulu. Hanya saya yang tertarik untuk datang ke sini. Tapi ketika mau mendarat, cuaca buruk, pesawat saya sempat menabrak gunung. Alat komunikasinya rusak Jadi saya tak bisa mengontak ke pesawat induk, karena sinyalnya lemah. Saya pun mengirim pesan minta tolong pada semua yang bisa menangkap sinyal saya. Ternyata pesan itu tertangkap di komputer kamu.... Saya berterima kasih, kamu mau datang. Saya mau minta tolong ke kamu...." "Apa yang bisa saya tolong?" "Ikutlah ke pesawat saya. Saya minta tolong komputer kamu mengirimkan pesan ke pesawat induk. Karena pesanmu bisa sampai ke sana...." Spaceboy mengulurkan tangan, mengajak Vladd masuk ke pesawatnya. Vladd agak ragu. Tapi ketika Spaceboy tersenyum meyakinkan, dengan mantap Vladd melangkah masuk ke pesawat canggih itu. Begitu masuk pesawat, Vlad? langsung terkagum-kagum melihat kecanggihannya. Ini semua impian yang sejak lama ia cita-citakan. "Saya tak menyangka, kamu bisa mengirim pesan ke pesawat induk kami. Kamu anak jenius...," puji Spaceboy. Vladd tersenyum bangga. "Sudah lama saya ingin kontak dengan makhluk angkasa luar seperti kamu, Spaceboy." "Dan kamu berhasil. Bisa pinjam komputernya?" Vladd buru-buru mengeluarkan laptop dan parabola mininya dari dalam ransel. Lalu menyerahkannya ke Spaceboy. Anak dari planet lain itu langsung meletakkan laptop Vladd di antara alat komunikasinya yang rusak, lalu dengan cekatan langsung menyambungkan berapa kabel dan mengetik-ngetik sesuatu pada keyboard. Vladd cuma berdiri menunggu, sambil memandang kagum. Spaceboy menunggu di layar. Terlihat ada grafik jawaban yang aneh. Spaeboy langsung melonjak-lonjak kegirangan. "Berhasil! Berhasil!!! Mereka akan segera menjemput kemari. Kamu hebat!!!" Spaceboy memeluk Vladd. Vladd tertawa riang. "Apa kata mereka?" tanya Vladd penasaran. "Ibu saya marah-marah... hehehe...." Vladd ikut ketawa. Ibu sih di mana-mana sama. Mudah kuatir... hihihi.... Vladd membayangkan, peradaban mereka pasti jauh lebih maju. Vladd ingin sekali ketemu mereka. Dall karena Spaceboy pikirannya lagi online sama pikiran Vladd, Spaceboy jadi bisa membaca pikiran Vladd. Spaceboy pun menyahut, "Ya. Tapi planet bumi juga akan maju kalo punya anak seperti kamu...." Vladd tersenyum bangga. Setelah beberapa lama ngobrol, akhirnya tiba waktunya untuk mereka berpisah. Spaceboy melihat tanda-tanda pesawat induknya bakal datang. Vladd dan Space berpelukan. "Oke, sampai ketemu, Vladd.... Saya nggak pernah lupa sama pertolongan kamu...." "Mampir lagi, ya? Kalo waktunya banyak, kita bisa main-main...." "Oke! Oke! Dan saya bisa mentranspor kamu pulang. Jadi kamu nggak usah capek-capek...." Vladd berpikir sejenak. "Kalo gitu kirim saja saya ke rumah. Kira-kira seratus kilo dari sini, posisinya di Jakarta Selatan! Saya nggak mau balik ke perkemahan lagi.... Anak-anaknya menyebalkan semua!" Spaceboy lalu menuntun Vladd berdiri di bawah alat transpor, seperti yang di film Star Trek. Vladd berdiri sambil memakai ranselnya. "Sampai ketemu, Vladd...." Vladd melambaikan tangannya. Spaceboy memencet tombol, Vladd pun menghilang seperti pasir dari pandangan. Dan tiba-tiba muncul di seberang Jalan depan rumahnya. Vladd seolah tak percaya apa yang baru dialami. Seperti mimpi. Vladd kini sudah berada tepat di seberang j al depan rumahnya Dan Vladd ngeliat Sapi'i, temannya itu, lagi berbicara dengan Satpam Lukijo yang sok galak dan kumisnya horizontal. Si Sapi'i lagi diusir-usir satpam. "Ni anak dibilangin ngeyel. Mas Vladd lagi nggak ada! Lagi kemping! Sana pulang!!!" "Sapi'iiiiiiii!" Vladd tiba-tiba berteriak dari seberang jalan. Sapi'i'menoleh, dan gembira melihat Vladd. Sedang si Lukijo bengong. "Mas Vladd? Kapan pulangnya?" Tanpa mengindahkan Lukijo, Vladd lalu mengajak Sapi'i masuk ke rumahnya. Lukijo nggak bisa berbuat apa-apa. Di dalam rumah Vladd dan Sapi'i langsung amprokan sama Papi Eraisuli dan Mami Smirnov, orangtua Vladd yang sudah rapi mau pergi. Kedua orangtua Vladd jelas kaget melihat anaknya yang tiba-tiba muncul. "Vladd? Kamu sudah pulang, Sayang? Kok mendadak? Kok nggak telepon-telepon? Katanya besok baru pulang?" tanya Mami Smirnov. "Gimana kempingnya, Vladd? Seru?" tanya Papi Eraisuli. Vladd menggeleng, sebel. "Nggak. Nggak seru. Makanya Vladd pulang duluan." "Naik apa, Vladd? Siapa yang ngantar?" maminya mulai cemas. "Pulang sendiri. Naik bis," ujar Vladd bo'ong. "Naik bis? Kok naik bis? Aduh, kamu jangan nekat dong, Vladd. Kamu kan tau sekarang kejahatan di mana-mana meningkat," maminya makin cemas. "Sudahlah, Mi. Yang penting Vladd udah sampe rumah dengan selamat. Ayo, Mi. Nanti kita ketinggalan pesawat!" ajak Papi Eraisuli sambil melihat ke arlojinya. Mami Smirnov mengangguk, lalu ngomong lagi ke Vladd, " Oya, Vladd. Mami sama Papi mau ke Singapur dulu. Papi ada rapat pemegang saham, dan Mami mau belanja keperluan dagang. Besok udah balik kok. Kamu nggak apa-apa kan ditinggal? Titip apa, Sayang?" Vladd menggeleng. Smirnov mencubit pipi Vladd, lalu memerintahkan Maryati dan Johan untuk mengangkuti koper ke mobil. Vladd mengajak Sapi'i ke kamarnya di lantai atas. Ngajak maen game. Tanpa setau mereka, sebuah mobil boks milik perampok sudah lama mengintip tak jauh dari rumah Vladd. Dan ketika Satpam Lukijo membuka pintu gerbang rumah Vladd karena sedan mewah yang membawa Smirnov dan Eraisuli ke airport mau keluar, mobil boks milik kawanan perampok pun menerobos masuk. Dengan membawa pistol dan senjata tajam, para penjahat turun dan menyerbu Lukijo. Dalam sekejap Lukijo berhasil dilumpuhkan dan diikat di pos satpam. Eraisuli dan Smirnov nggak tau, karena mereka sudah langsung melesat ke Bandara Soekarno-Hatta. Kelima kawanan perampok yang berseragam item-tem ninja itu berhamburan masuk ke rumah. Maryati-kepala pembantu yang cerewet itu-lagi sibuk ngasih pengarahan pada dua anak buahnya, Narsakip dan Bik Zuleha ketika tiba-tiba pintu didobrak kawanan perampok. Maryati cs terpekik kaget. Tapi baru mau tarik suara untuk menjerit bareng, kepala kawanan perampok itu menghardik, "Jangan ada yang teriak! Sekali berteriak, kalian akan saya mampusin semua!" Secara refleks mulut para pembantu rumah tangga itu terkunci rapat. Lalu tanpa pemberontakan sama sekali, perampok itu mengikat Maryati cs di bawah tangga, sambil menginterogasi secara paksa, di bawah ancaman pistol. Dua perampok yang lain sudah mulai menggotong-gotong barang-barang yang dianggap berharga. "Di mana kamar majikan kamu?! Ayo, jawab!!!" bentak kepala perampok. Karena ketakutan Narsakip hendak menunjuk kamar Eraisuli, tapi keburu dicegah oleh Maryati. Maryati dan Narsakip jadi bertengkar mulut. Pimpinan perampok semakin murka pada Maryati dan Narsakip. Tapi seketika mereka langsung menutup mulut ketika mendengar siulan riang dan langkah seorang anak kecil. Olala, rupanya Sapi'i turun dari lantai atas. Si Sapi'i ini rupanya kelaparan, dan ia mau nyari makanan ke dapur. Sementara itu Vladd masih sibuk dengan mainannya di kamar. Sapi'i cuek melenggang ke arah dapur sambil menyanyikan lagu dangdut. Dia nggak sadar kalau di rumah itu sedang terjadi perampokan. Tapi tiba-tiba ia mendengar erangan Maryati yang mulutnya terbekap kain. Sapi'i menoleh ke arah bawah tangga. Sapi'i kaget melihat para pembantu diiket dan tiga perampok menatap buas ke arahnya. Para perampok segera mengejar si Sapi'i. Sapi'i ketakutan, dan lari terbirit-birit sambil berteriak minta tolong, "VLAADD! VLAADD...! ADA RAMPOK, VLAMDD...!!! RAMPOK... RAMPOK...!!! VLA AD...! VLAADD.!!!" Kejar-kejaran tegang terjadi. Beberapa kali Sapi'i nyaris ketangkap. Karena kesal tak berhasil membekuk si Sapi'i, kepala perampok mengacungkan senjatanya ke arah Sapi'i. Sapi'i semakin histeris. Sementara di luar kamar terjadi ketegangan, di dalam kamarnya Vladd juga merasakan ketegangan karena seru bermain game. Suaranya pun bising, hingga suara berisik di luar tak terdengar. Akhirnya Sapi'i berhasil berlari mendekati pintu kamar Vladd. Sambil jelalatan ke sana kemari, Sapi'i ngetok-ngetok pintu sekeras-kerasnya. Pintu terbuka, Vladd muncul dan kaget melihat Sapi'i panik. Lebih kaget lagi ketika ia ngeliat dua perampok berlari menuju ke arah mereka. "Rampok... Rampok!!! Vladd, mereka itu rampok. Ayo, kabur!!" Belum sempet ngomong apa-apa, Sapi'i udah narik tangan Vladd keluar dari kamar, dan mengajaknya lari. Tanpa diduga, dari arah berlawanan muncul si kepala perampok. Vladd dan Sapi'i terkepung dari dua arah. Secara refleks Sapi'i menyeret Vladd untuk terjun bebas ke lantai bawah. Sapi'i mendarat mulus di sofa. Sedang Vladd sempat kejedot bibir meja dan benjol. Vladd dan Sapi'i buru-buru sembunyi karena kepala perampok sudah mengarahkan moncong pistolnya ke arah mereka. Perampok-perampok yang lain berhamburan ke lantai bawah mengejar Vladd dan Sapi'i. Saking lincahnya anak-anak itu berlari, para perampok kehilangan jejak, tapi mereka terus mencari. "Mereka tidak boleh lolos! Mereka akan jadi ancaman kalo sampe keluar dari rumah ini! Joy... Broer...! Kunci semua pintu!" teriak si pemimpin. "Oke, Bang!" Joy dan Broer segera melaksanakan perintah kepalanya. Pimpinan perampok sengaja berteriak lantang, "Ha... ha... haaaa...!!! Hei, bocah-bocah tengil, sekarang kalian tidak akan bisa lolos. Semua pintu sudah terkunci. Sebaiknya kalian menyerah! Abang janji kagak bakal ngebunuh, asal jangan berisik. Jangan teriak, dan jangan bikin ulah!!!" Sementara itu di tempat persembunyiannya, Vladd berbisik ke sobatnya, "Sapi'i, saya harus ke kamar, ngambil remote control. Kamu ngumpet aja, tunggu saya balik" Sapi'i mendelik heran. "Vladd, buat apa remote? Sekarang yang penting gimana kita bisa lolos dari rumah ini, dan manggil polisi." "Sst, tenang! Percaya deh!" Vladd lalu ninggalin Sapi'i. Sambil mengendap-endap la berusaha ke kamarnya yang berada di lantai atas. Di beberapa sudut ruang lain tampak wajah-wajah beringas para perampok sedang mencari-cari. Mata mereka terlihat liar dan mengancam! Vladd mengintai. Di bawah tangga ruang tengah tampak tiga pembantu terikat tak berdaya di bawah ancaman golok seorang perampok. Vladd jadi tak bisa menerobos naik ke lantai atas. Vladd harus mencari jalan lain. Perampok-perampok yang lain semakin gencar mencari Vladd dan Sapi'i sampai ke kolong-kolong meja. Di tempat persembunyiannya. Sapi'i merasa terancam. Ia gemetaran. Dua perampok tampak semakin mendekat ke arahnya. Dengan merangkak-bangkit dan berjinjit-jinjit ia berusaha mencari persembunyian yang lebih aman. Dasar sial, tangan Sapi'i menyenggol pot kaca dan pecah. Akhirnya Sapi'i terlihat oleh beberapa perampok. Tak ada jalan lain, terpaksa Sapi'i lari sekencang-kencangnya sambil melempar-lemparkan benda yang ada untuk menghambat lari para perampok. Semua perampok mengejar Sapi'i. Vladd sebetulnya mencemaskan keselamatan Sapi'i. Tapi ada untungnya juga. Sementara semua perampok mengejar Sapi'i, Vladd dengan leluasa menaiki tangga menuju kamarnya. Ketika hampir sampe ke pintu kamar, kepala perampok meneriaki Vladd dan mengejarnya. Vladd buru-buru masuk dan mengunci pintu. Di dalam kamar, Vladd kebingungan mencari remote-nya. Sementara itu kepala perampok menggedor-gedor pintu kamar Vladd sambil berteriak-teriak mengancam. Vladd semakin panik mencari remote-nya yang entah ngumpet di mana. Seisi kamarnya diacak-acak: "REMOOOTE...! DI MANA KAMU??? REMOOOTE...!!!" Kepala perampok semakin seru menggedor-gedor pintu kamar Vladd. Tidak puas menggedor dengan tangannya, ia gedor dengan kakinya. Capek dengan kakinya, ia mulai mengarahkan moncong pistolnya, mau menembak kunci pintu kamar Vladd. Tapi-klik!-pistolnya kosong, kehabisan peluru. Akhirnya dengan kesal kepala perampok itu berusaha mendobrak pintu kamar Vladd. Sambil mengambil ancang-ancang beberapa langkah ke belakang, meniru gaya Bruce Lee, penjahat itu menerjang ke arah pintu. Belum sempat kakinya menyentuh pintu, Vladd sudah berhasil menemukan remote-nya, dan membuka pintu kamarnya secara otomatis. Kepala perampok itu kontan jatuh ngedubrak di hadapan Vladd. Vladd tertawa ngakak. Kaki kepala perampok itu terkilir. Namun ia tetap memaksakan berdiri untuk menyerang Vladd. Ketika hendak melepaskan pukulannya, Vladd memencet tombol skip di remote-nya. Seketika itu juga kepala perampok terpental jauh ke belakang dan jatuh ke lantai bawah. Para anak buahnya yang sudah berhasil menawan Sapi'i terperanjat melihat bosnya tiba-tiba melayang dari lantai atas, seperti terlempar oleh kekuatan dahsyat, dan jatuh terempas di lantai yang keras. Saat mereka lengah itu, Sapi'i tiba-tiba tancap gas melompat terbang ke troli makanan yang kebetulan tak jauh dari situ. Troli itu meluncur kencang. Saking kencangnya Sapi'i ngusruk nabrak pintu kamar Maryati, si kepala pembantu. Pintu kamar jebol. Dan trolinya terus meluncur, nabrak lemari plastik yang di atasnya penuh dengan tas-tas. Lemari pakaian Maryati roboh menimpa Sapi'i. Sapi'i langsung semaput. Lalu dengan gaya heronya, Vladd menuruni tangga sambil meminta keempat perampok itu menyerah, karena bosnya sudah lumpuh. Salah seorang perampok penasaran. Ia segera pasang kuda-kuda, menyongsong Vladd. Vladd dengan tenang memperhatikan perampok itu jumpalitan berkuda-kuda. Tapi, dengan sekali tekan tombol freeze di remote-nya, si perampok itu pun tiba-tiba kaku. Kini perampoknya tinggal tiga. Dan ketiga-tiganya seakan kalap. Mereka maju bersama mengepung Vladd dan mengitarinya sambil pasang kuda-kuda. Vladd mengarahkan remote-nya pada ketiga perampok itu satu per satu sambil memencet tombol skip. Ketiga perampok itu kontan pada mental. Akhirnya semua perampok berhasil dilumpuhkan. Vladd tinggal mengangkat telepon, memanggil polisi. Gudang Download Ebook: www.zheraf.net http://zheraf.wapamp.com 2. Teman Dari Angkasa Luar KOMPUTER di kamar Vladd kemasukan e-mail. Ada suara berat dari speaker yang memberi tahu Vladd. "You've got mail!" Tapi Vladd sendiri nggak denger pesan itu. Dia lagi asyik tiduran di ranjang, sambil baca buku tentang ruang angkasa, dan memakai walkman. Suara musik yang nge-beat terdengar sedikit bocor dari headphone-nya, bikin kepala bergoyang-goyang. Maminya yang menelepon Vladd dari kamarnya juga cuma dijawab oleh answering machine. Smirnov kesel, lalu meninggalkan pesan, "Vladd, ini Mami! Papi dan Mami nanti malam diundang dinner sama relasi Papi yang penting. Dia bawa anak seusia kamu. Jadi nanti malam kita dinner di Hailai bareng mereka. Kamu jangan kelayapan, soalnya kamu juga diundang! Dan pakai baju yang bagus! Mami mau ke salon dulu! Daaag!" Setelah itu Smirnov mematikan HP-nya, dan berujar ke Maryati, "Mar, tolong jaga Vladd. Jangan sampe pergi ke mana-mana. Jam lima dia harus sudah mandi. Kami mau makan di luar." Maryati mengangguk takzim. "Baik, Nya." "Sekarang saya pergi dulu. Jangan ada yang nggak beres!" Smirnov lalu bergegas pergi. Begitu sampe ruang tamu, ternyata muncul Pak Bangke bersama Perry Lontoh dan James Raharja. Mereka diantar Satpam Lukijo. Smirnov kaget. "Maaf, Nya. Ini ada wali kelas Vladd, dan teman-temannya. Katanya urusannya penting...," ujar Lukijo. Pak Bangke mengangguk. Sambil nyengir kuda ia mengulurkan tangannya, berkenalan. "Selamat siang, Bu. Maaf mengganggu. Saya mau bicara sebentar tentang ulah anak Ibu yang bernama Vladd. Saya membawa dua saksi, murid saya, James Rahafja dan Perry Lontoh...." Smirnov mengernyitkan alis, dan tampang nggak sabar, karena udah keburu mau pergi. "Ya, ada apa? Eh, silakan duduk dulu, Pak.... Ayo, Adik-adik...." "Terima kasih. Saya cuma mau lapor bahwa Vladd bikin kami panik sewaktu kemping. Dia tiba-tiba saja hilang," ungkap Pak Bangke. "Betul, Tante. Saya yang jadi seksi keamanan sampai bingung. Saya kira Vladd dimakan binatang buas," tambah Perry. "Nggak taunya, Vladd malah sudah pulang duluan," lanjut James. Smirnov bengong. "Masa sih?" Pak Bangke mengiyakan. "Betul, Bu. Vladd pulang tanpa pamit pada kami. Padahal kami sudah minta agar Vladd jangan ke mana-mana...." Smirnov tercenung. "Oh, jadi Vladd nakal, ya?" "Iya. Dia bikin kami semua kebingungan, Tante. Sebaiknya anak nakal itu dihukum.... Atau, serahkan saja pada kami, Tante. Biar kami hukum," kata Perry berapi-api, seperti mendapat angin. Smirnov menggeleng. "Eng, maaf, tapi saya tak bisa menghukum Vladd. Saya dan orang-orang serumah sangat beruntung Vladd pulang duluan. Pada saat itu saya dan suami saya pergi ke Singapura, dan rumah kami kemasukan rampok. Ada lima orang penjahat. Vladd-lah yang menggagalkan aksi perampokan itu. Jadi kami sangat bersyukur Vladd pulang duluan...." - Perry, James, dan Pak Bangke terperanjat. "Apa? Vladd menggagalkan aksi perampokan?" Perry melotot. "Anak kurus itu?" James ikut-ikutan melotot. "Bagaimana mungkin, Bu?" Pak Bangke penasaran. "Saya juga nggak ngerti. Saya kan lagi di Singapura. Tapi para pembantu saya bilang begitu." Smirnov lalu melirik ke jam tangannya. "Maaf, saya ada janji di luar. Apakah masalahnya sudah selesai?" Pak Bangke tersentak, lalu berdiri. "Oya. Sudah. Maaf, kami mengganggu...." Perry dan James ikut berdiri. Sementara di kamarnya, Vladd nggak tau bahwa ia kedatangan tamu. Dengan santai ia malah menaruh bukunya dan bangkit dari tidur-tidurannya. Ketika matanya tertuju ke arah komputer, serta-merta ia melotot. Buru-buru dibukanya headphone yang sedang dipakainya. Ternyata e-mail yang dari tadi masuk itu pesan dari Spaceboy.. Vladd buru-buru membaca. "Halo, Vladd? Apa kabar? Saya sudah berhasil mempelajari bahasamu. Saya masih di tata surya kamu, dan saya mau maen ke planet kamu lagi. Tunggu, ya, kedatangan saya. Pasti surprise! Surprise!!! SPACEBOY" Vladd langsung meng-yes! "Asyik! Spaceboy mau dateng!!!" Belum habis gembira Vladd, tiba-tiba lewat alat transpor Spaceboy muncul di kamarnya. Vladd jelas kaget campur senang. "Spaceboy! Kok cepet banget munculnya?" "Iya dong. Gimana ngomong saya? Lancar nggak?" "Lancar banget! Kamu hebat, Spaceboy!" "Ya, soalnya saya belajar pake komputer yang ditransfer langsung ke otak saya. Begitulah cara belajar di planet saya. Nggak usah pake baca buku, tapi semua data bisa langsung ditransfer ke otak lewat alat canggih. Jadi sambil tidur, otak diisi," jelas Spaceboy. "Ih, canggih banget." "Oke, sekarang ajak saya jalan-jalan di planet kamu.... Saya nggak sabar mau tau lebih banyak!" Vladd setuju. Dan mereka terpaksa harus minggat. Nggak bisa lewat pintu depan, takut dilarang orang rumah. Vladd pun mengambil ranselnya, juga remote-nya. Mereka turun pake tali dari jendela kamar Vladd di lantai dua. Setelah itu Vladd meminta Spaceboy menunggu, sementara dia mengendap-endap mengambil sepedanya di garasi. Dengan memboncengkan Spaceboy, Vladd melewati pos penjagaan depan rumah yang kosong, karena Satpam Lukijo sedang bertugas di dalam. Vladd bersepeda berboncengan dengan Spaceboy menelusuri kota, sambil menunjuk kiri dan kanan, bak seorang guide lagi ngejelasin ke turis. Saat itulah sebuah jip melintas, membawa Perry dan James. James langsung ngeliat Vladd dan Spaceboy yang sedang bersepeda. "Per... Per... liat tuh si anak brengsek!" jerit James. Perry melihat ke arah yang ditunjuk James. "Wah, iya. Sialan banget, kita ke rumahnya, dia malah jalan-jalan. Sama siapa tuh?" "Tau! Aneh banget temennya. Pake baju perak! Ih, kulitnya juga perak!!! Samaan sama Vladd, kali. Gila nonton Star Wars!" Lalu kedua anak bandel itu mulai kumat isengnya. James memberi kode kepada sopirnya untuk'menjajari sepeda Vladd. Perry mengeluarkan ketapelnya, dan membidik kepala Spaceboy yang duduk di boncengan. PLAK!!! Spaceboy menjerit, sampai terjatuh ke aspal. Vladd kaget. Begitu menoleh, James sudah mengarahkan ketapel ke arahnya dan-TAKK!!!-kena badan Vladd. Vladd kesal, langsung turun dari sepedanya. "Kenapa sih kalian selalu ngeganggu?" Perry dan James malah tertawa terbahak- bahak, sambil nyanyi, "I'm a creep... I'm a weirdo... what the hell I'm doing here... I'm not belong here..." "Mau tau kenapa kita kerjain? Abis lonya yang aneh. Ngapain sih bergaul sama anak bencong?" ujar James sambil menunjuk Spaceboy. "Pake bedak segala...." James mengira kulit Spaceboy yang perak adalah bedak. "Dasar bencong, hahahaha...." "Bencong? Bencong apaan sih?" tanya Spaceboy heran sambil bangkit dari jatuhnya. "Dia bukan bencong! Dia anak cerdas dari angkasa luar!" bela Vladd. Perry dan James saling berpandangan. Bengong sejenak. Lalu serentak tertawa terbahak-bahak. Sopirnya yang dari tadi diam, kini ikut tertawa. Vladd kesal. Ia lalu mengarahkan remote ke Perry, James, dan si sopir satu per satu sambil memencet tombol keep. Dan Perry, James, serta si sopir pun terus tertawa terbahak-bahak, sambil memegangi perut dan sampai keluar air matanya. Tiba-tiba polisi lewat. Ia melihat mobil James yang berhenti di daerah terlarang. Polisi segera menghampiri mobil James. Sedang Vladd buru-buru mengajak Space boy naik ke boncengan dan pergi. Polisi melongokkan kepalanya ke jendela mobil. Heran melihat ketiga orang itu lagi tertawa terbahak-bahak. "Selamat siang, Pak. Maaf, mengganggu. Saudara berhenti di tempat yang terlarang," ujar polisi sopan namun tegas. Sopir, James, dan Perry hanya memandang ke polisi, tapi tak bisa menghentikan tawa mereka. Si polisi jelas berang diketawain kayak gitu. "Maaf, Pak. Bisa perlihatkan SIM dan STNK?" ujar polisi itu lagi dengan nada agak tersinggung. Si sopir malah makin keras ketawanya. Sambil memegangi perut. Pak Polisi jelas geram. "Apa yang lucu? Saya bilang, perlihatkan SIM dan STNK!" Perry dan James malah ketawa lagi. Akhirnya si polisi memandang kedua anak itu dengan marah. "Kalian jangan main-main, ya? Kalian tak boleh menertawakan aparat! Ayo, semua ikut ke pos polisi!!!" Dan ketiga manusia itu makin keras tertawa..... Vladd dan Spaceboy sudah sampe ke supermarket. Mereka pun masuk dan memborong permen. Para kasir dan beberapa pembeli di supermarket melihat heran ke arah Spaceboy. Tapi mereka cuma berpikir, anak itu nekat aja keluyuran dengan dandanannya yang aneh begitu. Selebihnya mereka nggak ambil pusing lagi dengan ulah anak-anak sekarang yang sulit mereka mengerti. Mungkin anak itu berdandan begitu untuk menyambut tahun baru milenium yang temanya serbametalik. Vladd dan Spaceboy pun berlari-larian di sepanjang gang supermarket. Di counter cokelat, Spaceboy ngambil cokelat banyak-banyak, lalu membawanya ke kasir. Si kasir bengong, memandang Spaceboy yang aneh, dan cokelat, bergantian. "Kamu nggak dimarahin sama mama kamu makan cokelat segini banyak?" tanya kasir. "Mama saya jauh... jutaan kilometer dari sini. Di pesawat induk dekat Planet Pluto," jawab Spaceboy polos. Kasir cuma menggeleng, mengira Spaceboy membual. "Anak nakal," gerutunya. Vladd pun membayar harga cokelat. Di sebuah taman kota yang rindang, dan agak di dataran tinggi, hingga bisa melihat mobil lalu-lalang di jalanan, Vladd dan Spaceboy duduk berdua sambil menghabiskan cokelat. Spaceboy makan dengan lahapnya, sementara Vladd mengeluarkan walkman dan memasang headphone. Lalu kepalanya bergoyang-goyang. Spaceboy melihat ke arah Vladd heran. Lalu bertanya, "Kamu ngapain?" Vladd membuka headphone-nya. "Apa?" "Kamu ngapain?" "Ini, dengar lagu. Kasetnya Sapi'i, temen saya, ketinggalan. Lagu dangdut. Enak...." Vladd memasangkan headphone ke kuping Spaceboy. Lalu terdengar lagu dangdut. Spaceboy wajahnya langsung cerah. "Ih, lagunya enaaak." Kontan Spaceboy joget-joget dengan gaya yang aneh. Vladd bengong. Dia cuma bisa geleng-geleng kepala melihat ulah si Spaceboy. Ketika matahari makin tinggi, Vladd kehausan. "Spaceboy, kamu tunggu di sini dulu, ya? Saya mau beli minuman. Jangan ke mana-mana," ujar Vladd. Tapi Spaceboy cuek. Soalnya dia nggak bisa denger ucapan Vladd. Dia malah asik joget terus. Vladd menghampiri sepedanya dan segera pergi. Saat Spaceboy membalikkan badannya, Vladd udah nggak ada. Space boy heran. Ia memanggil-manggil Vladd. "Vladd! Vladd? Kamu ke mana?" Spaceboy mencari-cari, tapi Vladd nggak ada. Di tepi jalan, sebuah bis berhenti. Kondektur menawari Spaceboy untuk naik. Spaceboy mengangguk. Ia naik ke bis. Lalu dibawa pergi. Saat itu di rumah Vladd, Maryati sedang melewati ruang tengah sambil membawa baki berisi segelas cokelat susu, roti kroisan, dan penganan lainnya. Maryati mau mengantarkan makanan itu ke kamar Vladd. Biasa, ini kan saatnya tea time. Maryati nggak tau kalo Vladd saat itu nggak ada di kamarnya. Padahal dari tadi dia udah jaga-jaga banget agar Vladd nggak pergi ke mana-mana, sesuai instruksi majikannya. Di depan kamar Vladd, Maryati mengetuk-ngetuk. "Mas Vladd... Ini Maryati. Kata Nyonya, sore begini Mas harus tea time. Biar nggak kambuh sakit maag-nya!" Tak terdengar jawaban. Maryati meletakkan nampan di depan pintu kamar Vladd. Lalu mengetuk-ngetuk lagi. "Mas Vlaaadd? Mas Vladd?" Tetap tak ada jawaban. Tak ada tanda-tanda kehidupan. Maryati kuatir. Lalu berusaha membuka pintu. Tapi yang bunyi malah alarm. Ngiung-ngiung-ngiung...! Maryati kaget bukan alang kepalang. Maryati lalu berteriak-teriak memanggil Narsakip. "Narsakip!!! Naaaar!!!" Sedetik kemudian muncul Narsakip bareng Lukijo si satpam. Mereka mengira ada rampok lagi, jadinya Lukijo muncul dengan perlengkapan security-nya, sedangkan Narsakip berikut peralatan berkebunnya. Bik Zuleha pun menyusul di belakangnya, heboh bawa perlengkapan masak. "Ada apa, Mar? Maling? Perampok?" seru Lukijo. Maryati menggeleng. "Bukan. Anak bandel itu memasang alarm baru lagi. Tadi saya ketuk-ketuk, tak ada reaksi. Sampe alarm berbunyi, juga tak ada sahutan dari dalam. Saya takut ada apa-apa dengan Vladd." "Jadi gimana? Mau didobrak?" tantang Lukijo penuh semangat. "Sebentar...." Maryati lalu memberi isyarat pada Bik Zulea. Bik Zuleha manggut-manggut mengerti. Nggak lama depan kamar Vladd dipenuhi suara gedombrengan orkes dapur. Duet kompak Maryati-Bik Zuleha makin rame ditambah suara pentungan Lukijo yang memukul-mukul pintu. Narsakip nggak mo kalah. Alat pemotong rumputnya dibuka-tutup dengan keras. Suaranya menyayat hati. Mereka rame-rame bikin keributan supaya Vladd bangun dan keluar. Tapi tetap tak ada reaksi. "Stop, stooopp!" Serentak orkes nekat itu berhenti. Maryati menempelkan kuping di pintu kamar Vladd. Sepi. Nggak ada suara apa-apa. Cuma suara alarm aja yang terus-terusan berbunyi. "Dobrak?" Lukijo makin nggak sabar. Maryati mengangguk. Para orblak (alias orang belakang) mengambil ancang-ancang untuk mendobrak. Begitu mereka Siap-siap mau mendobrak, Maryati berteriak lagi, "Stoooooop!!!" Semua orang langsung stop-motion, berdiri kaku dalam posisinya. "Ada apa lagi, Mar?" "Gilaa, kalo kita dobrak, pintunya bisa rusak. Siapa yang mau dipotong gaji buat ngegantiin?" Semua menggeleng. "Makanya, kita intip dulu dari luar... dari jendela.... Kamu intip, Narsakip!" perintah Maryati. Narsakip langsung ke kebun, menuju bawah jendela kamar Vladd. Dan Narsakip menjerit dengan suara melengking, demi melihat jendela kamar Vladd terbuka. Ada seutas tambang menjulur ke bawah. Vladd ilang? Maryati, Lukijo, dan Zuleha yang bergegas datang pun ikut menjerit. Sementara itu Vladd udah kembali ke taman lagi sambil membawa dua botol minuman: Vladd heran ngeliat Spaceboy nggak ada di tempat. Di mana dia? Vladd memanggil-manggil Spaceboy. Saat itu Spaceboy udah jauh dari taman. Dan dia ketemu sama dua penjahat yang sedang membobol bank Karena kepolosannya, Spaceboy mengira si penjahat ini orang yang sedang dalam kesulitan. "Lagi ngapain sih?" tanya Spaceboy ketika melihat para penjahat lagi berusaha keras membuka kunci gembok. "Bisa dibantu?" Para penjahat kaget, dan menghardik, "Siapa kamu?" "Saya Spaceboy. Saya ingin membantu kalian. Kalian mau masuk, ya? Kuncinya ilang?" Lalu tanpa disuruh, serta-merta Spaceboy mengarahkan telunjuknya ke dinding bank. Lewat tenaga dalamnya, tiba-tiba dinding itu bolong. Tentu saja dua penjahat itu kaget bercampur girang. Tanpa ditunda-tunda lagi mereka langsung masuk dan membawa kabur brankas. "Trims, ya?" Seiring dengan kaburnya dua penjahat itu, alarm bank pun meraung-raung. Tak berapa lama mobil polisi datang. Spaceboy langsung ditangkap! Begitu dapat laporan Vladd ilang, Smirnov langsung pulang dan marah-marah. Semua pembantunya menunduk di depannya. "Bagaimana mungkin Vladd bisa ilang? Maryati! Mana tanggung jawab kamu? Saya kan sudah bilang. Jangan ada apa-apa. Tuan mau ngajak dinner!!!" ujar Smirnov kesal. "M-maap, Bu...." Maryati tertunduk sedalamdalamnya. "Kamu lagi, Lukijo! Tugas kamu kan jaga keamanan. Kenapa Vladd bisa ilang?" Lukijo mengkeret. "Sekarang, ayo lapor polisi. Kita bilang, Vladd diculik! Pokoknya semua harus beres sebelum Tuan pulang. Mengerti???" Semua mengangguk. "Cepat kerjakan!!!!" Semua bubar. Di kantor polisi, Spaceboy sedang diinterogasi. Polisi yang menginterogasi kewalahan karena mengira Spaceboy anak nakal yang keras kepala. Misalnya, ketika ditanya berapa umurnya, karena perhitungan di planet Spaceboy beda sama di bumi, Spaceboy ngejawab, "Empat ribu tahun!" Siapa yang nggak syok? Akhirnya lewat telepati, Spaceboy memanggil Vladd. Vladd segera datang. Pikir Spaceboy, kalo Vladd datang, urusan bisa beres. Polisi juga lega, karena Vladd nggak seaneh Spaceboy. "Spaceboy? Ada apa? Ke mana aja kamu?" Si polisi menjawab kesal, "Ini teman kamu? Asal tau aja, teman kamu ini baru membobol bank!" Vladd kaget. "Membobol bank?" Spaceboy pun menjelaskan duduk persoalannya. Polisi nggak percaya. "Tapi saya yakin dia benar, Pak. Anak ini anak ajaib," bela Vladd. "Ajaib apa? Emangnya Joshua?" "Suer, Pak," Vladd ngotot. "Kalo bener ajaib, sekarang ke mana penjahat yang bener-bener membobol bank?" tanya polisi. "Sebentar." Vladd kemudian ngomong ke Spaceboy, "Spaceboy, di mana.penjahat tadi? Bisa nggak kamu bawa ke slm? Spaceboy mengangguk. Vladd menghela napas lega. Spaceboy memejamkan mata, seperti orang bersemadi. Ia memusatkan konsentrasinya. Vladd dan polisi memandang tegang campur heran. Lalu lewat tenaga dalamnya, Spaceboy tiba-tiba bisa menghadirkan kedua, penjahat di kantor polisi itu. Lengkap dengan mobil dan brankas curiannya. Si penjahat heran, karena mereka tau-tau sudah berada di dalam kantor polisi. Para polisi juga heran, tau-tau ada mobil muncul di tengah-tengah kantor. Seperti ilusinya David Copperfiled. Kedua penjahat itu langsung ditangkap plus barang bukti rampokannya. Sedangkan Spaceboy dibebaskan. Tapi pengalaman itu bikin Spaceboy lelah luar biasa. Ketika berjalan ke luar kantor P011S1, Spaceboy pamitan. "Semadi kayak tadi menghabiskan banyak energi saya, Vladd. Saya harus pulang, harus makan energi lagi di pesawat. Kamu saya transpor ke kamar aja, ya?" Vladd mengangguk. Mereka pun berpisah. Dan sedetik kemudian, Vladd tiba-tiba sudah muncul di kamarnya. Bersamaan dengan datangnya dua polisi ke rumah Vladd. Kedua polisi langsung ingin memeriksa kamar Vladd. "Tapi, kamarnya nggak bisa dibuka. Ada alarmnya," ujar Maryati. "Sudah, kita dobrak saja!" putus Smirnov. Smirnov, Maryati, Lukijo, Zuleha, Narsakip, dan dua polisi naik ke lantai atas. Di depan pintu kamar Vladd, semua berkumpul. Kembali alarm berbunyi keras. "Gimana? Langsung dobrak?" ujar Lukijo semangat. Polisi mengangguk. Mereka semua, kecuali Smirnov, mengambil ancang-ancang untuk mendobrak. Begitu mereka mendorong bersamaan dengan tenaga sekuat-kuatnya, tiba-tiba saja pintu kamar terbuka lebar. Vladd emang membuka pintu kamarnya dengan remote-nya. Semua jatuh tersungkur. Vladd melongo. "Ngapain pada ke sini?" "Vladd, kamu dari tadi di kamar?" tanya Smirnov nggak kalah kaget. Vladd dengan jail, mengangguk. Sedangkan Smirnov dan polisi-polisi itu memandang bengis ke Maryati. Maryati ketakutan. "Eh, t-tadi Mas Vladd bener nggak ada..." Seraya bangkit, polisi itu menggerutu, Kamu jangan main-main ya dengan polisi!!!" Maryati makin pucat, ketakutan. 3. Hukuman Mami PAGI itu mami dan papi Vladd masih tertidur lelap. Tiba-tiba telepon di kamar mereka berdering. Papi kontan menutupi kupingnya dengan bantal. Terpaksa deh maminya yang ngangkat telepon dengan mata terpejam. "Halo? Iya, saya maminya Vladd," suara Smirnov serak Mendadak dia berteriak sambil melotot, "APA? KAPAN? DI MANA? BAGAIMANA?" Eraisuli merasa terganggu sekaligus penasaran dengan teriakan Smirnov. Dia membuka bantal. Semen tara Smirnov masih bicara dengan penelepon di seberang sana. Smirnov bertingkah kayak anak sekolahan yang ditegur gurunya karena ketauan nyontek. Dari mulutnya cuma keluar kata-kata:" "Iya, Pak. Baik, Pak. Pasti, Pak. Terima kasih, Pak." Selesai menjawab telepon, Smirnov ngomel-ngomel. Katanya sih yang nelepon tadi itu Pak Lontoh. Ayahnya Perry, teman sekelas Vladd. Dia marah-marah karena nggak terima anaknya ditinju sampe biru-biru oleh Vladd. Vladd ninju Perry sampe biru? Yang jelas nggak mungkin. Perry potongan dan jaitannya mirip Ade Rai. Sedang Vladd? Mirip Bart Simpson. Tapi tadi ayah Perry sendiri yang bilang kalo Perry ditinju oleh Vladd. Eittt, tunggu dulu! Yang menelepon Smirnov itu bukan Pak Lontoh. Itu Perry sendiri! Perry sengaja mengubah suaranya biar mirip suara bapak-bapak. Dan hasilnya, tipuan itu sukses! Perry dan James ber-gimme five sambil cekikikan. Sementara Smirnov jadi sewot banget. Kantuknya hilang lenyap. Dia langsung turun dari tempat tidur. Bergegas ke kamar Vladd. Eraisuli cuek melanjutkan tidurnya yang terpotong. Masih dengan gaun tidurnya dan rambut penuhi rol, Smirnov dengan heboh mengetuk pintu kamar Vladd, "Vladd! Vladdvanio! Buka pintunya, Vladd! Mami nggak main-main! Cepat, buka pintunya! Kalo enggak, Mami dobrak!" Smirnov berhenti sejenak, menunggu reaksi Vladd. Begitu dari dalam nggak ada respons, Smirnov mengambil ancang-ancang untuk mendobrak. Saat mendobrak pintu ujung gaun tidurnya terkait pintu. Gaun itu terkoyak. Sementara pintu kamar Vladd tetap tertutup rapat. Mirna memegangi bagian gaunnya yang koyak lalu menjerit histeris meneriakkan seluruh nama penghuni rumah. Nggak lama Eraisuli, Maryati, dan gerombolannya (Zuleha, Narsakip, Lukijo, Johan) tergopoh-gopoh datang. Karena terlalu semangat Maryati terpeleset, jatuh tersungkur. Lukijo, Narsakip, Johan, dan Zuleha ikut berjatuhan. Persis tabrakan beruntun. "Ada apa lagi sih, Mi? Pagi-pagi sudah histeris. Nggak bisa nunggu Siangan dikit?" keluh Eraisuli kesal. Tapi Smirnov keliatannya lebih kesal lagi. Dan mempertontonkan bagian gaunnya yang koyak pada Eraisuli. "Ini semua gara-gara Vladd, Pi! Liat nih gaun sutra kasmir ini robek. Jadi nggak bisa dipake lagi!" "Bakal saya aja, Nyonya!" celetuk Maryati girang. Celetukan itu langsung ditanggapi jitakan kompak dari rekan-rekan Maryati, sesama orblak di rumah Vladd. Sementara itu di dalam kamarnya Vladd terbangun. Dia mulai terganggu oleh keributan yang ditimbulkan oleh jeritan Mirna yang berpadu dengan raungan alarm. Dengan mata setengah terpejam Vladd meraih remote pintu di meja kecil di samping tempat tidurnya. Vladd memijit tombol unlock. Suara alarm berhenti. Dan pintu pelan-pelan terbuka secara otomatis. Vladd lalu meneruskan tidurnya. "Papi tau nggak? Anak Papi itu memang betul-betul pengacau! Kemaren dia meninju mata Perry sampe biru. Sebelumnya dia kan udah bikin acara dinner kita berantakan. Dan sekarang, gaun Mami robek gara-gara dia nggak mau bukain pintu!" Eraisuli dan segenap orblak melongo kompak. Mereka menatap pintu kamar Vladd yang terbuka lebar. "Mami liat dulu dong, baru ngomel!" sahut Eraisuli kalem. Smirnov menoleh lalu bengong. Nggak lama dia langsung menyerbu masuk kamar Vladd dibuntuti oleh Eraisuli. Smirnov membangunkan Vladd dengan galak. "Wake up, lazy head! Kamu hari ini Mami hukum! Hukumannya, hmm... temenin Mami pergi. Kamu harus mau Mami ajak ke mana aja. Nggak boleh protes. Dan nggak ada pertanyaan. Sekarang juga kamu mandi dan nggak usah sarapan pagi! Beraninya kamu sama anak lemah, si Perry!" Vladd tentu saja bengong maminya bilang Perry anak lemah. Tapi maminya nggak kasih penjelasan lebih lanjut. Smirnov langsung balik kanan keluar kamar. Eraisuli kembali mengekor Smirnov setelah sempat membisiki Vladd. Dia bilang Vladd hebat. Jelas aja Vladd makin bengong. Biarpun nggak begitu ngerti kenapa dia dapat hukuman nganter maminya, Vladd tetap nurut. Pergi seharian sama Smirnov. Kebetulan hari ini hari Minggu. Acara pertama hari itu adalah kunjungan ke salon langganan Smirnov. Di salon yang bener-bener mewah itu Mirna satu-satunya pengunjung. Dia dikerubuti sejumlah karyawan salon. Ada yang menata rambutnya. Merias wajahnya. Memijat punggungnya. Merawat kuku tangan dan kakinya. Pokoknya suasana heboh banget. Vladd yang suntuk beranjak keluar. Tiba-tiba Smirnov menjerit memanggilnya. "Vladd! Bilang Johan, isi bensin dulu. Mami nggak mau nanti dia mampir ke pom bensin. Jangan lupa ya." Vladd mengiyakan. Baru beberapa langkah, Jeritan Smirnov terdengar lagi. "Oya, suruh Johan sarapan dulu. Kalo dia masuk angin, nanti Mami yang repot!" "Kenapa repot? Diserbu gas amoniaknya Johan, ya?" sahut Vladd cekikikan sambil melangkah lagi. Kembali Smirnov menjerit heboh, "Kamu juga sarapan, Vladd. Tapi jangan junk food, fast food pinggir jalan. Bisa diare kamu. Jangan yang dingin-dingin juga. Perut kamu nggak tahan. Sama jangan..." Belum habis kalimat Smirnov, Vladd udah nggak tahan lagi.. Dia me-remote maminya, "Mami, diam!" Mendadak suara Smirnov hilang. Dia menjerit tapi suaranya nggak terdengar. Vladd cekikikan jail. Karena cekikikan dia nggak liat jalan lalu menabrak kaca salon. Vladd kontan pusing. Seisi salon terbahak Vladd menyeringai malu. Dia langsung sadar kalo udah kualat sama maminya. Buru-buru Vladd minta maaf lalu me-remote Smirnov jadi normal kembali. Smirnov girang mendapatkan suaranya kembali. Dia berjanji akan mentraktir karyawan salon makan mie ayam enak di seberang salon. Begitu mendengar janji itu, serentak seluruh karyawan salon berhamburan keluar. Semangat banget karena ada yang mau menraktir. Smirnov ditinggalkan dalam keadaan tanggung. Siang ini Smirnov memimpin rapat di ruang pertemuan sebuah pabrik panci. Smirnov bicara dengan penuh semangat. Sementara ibu-ibu pendengarnya duduk terkantuk-kantuk. Vladd yang duduk di pojok belakang malah sudah tertidur pulas. Acara rehat kopi tiba. Para ibu mendadak segar kembali. Mereka bergerak menuju tempat hidangan disajikan. Meja hidangan itu letaknya dekat dengan tempat Vladd tertidur. Seorang ibu yang lewat mencolek pipi Vladd, gemes. "Anak Bu Mirna cakep, ya?" Ibu-ibu yang lain jadi ikutan gemes. Bahkan ada yang memegang rambut Vladd yang berdiri. Akhirnya gerombolan ibu-ibu iseng itu mengerumuni Vladd. Mereka heboh menarik rambut, mencolek pipi, mencubit, bahkan menjitak kepala Vladd. Dalam kerumunan ibu-ibu itu dengan susah payah Vladd memijit tombol remote-nya. Nggak lama kemudian Vladd melenting tinggi lalu jatuh tepat di pangkuan seorang ibu yang sedang menikmati kopi panas. Kopi tumpah ke wajah Vladd. Vladd menjerit kencang. Si ibu menjerit, kaget. Sepulangnya dari acara rapat, di dalam mobil Vladd tampak kuyu dan manyun. Sementara Smirnov masih ceria aja. "Mi, kita pulang, ya? Vladd capek..," ujar Vladd lesu. Smirnov tersenyum geli. "Pulang? Siang begini? Kamu nggak malu diketawain anak teka? Mami masih pengen ke mal dulu." Vladd makin tertunduk lesu. Di depan mal Smirnov turun dari mobil sambil bicara di HP. Vladd mengikuti dengan malas. Seorang pencopet mengamati Smirnov dari kejauhan. Dari penampilannya yang wuahh sepintas saja si pencopet sudah dapat menebak kalo Smirnov adalah ibu muda yang kaya raya. Dia langsung membuntuti Smirnov. Beberapa saat sebelum memasuki mal, pencopet berhasil merampas HP dan tas Smirnov. Smirnov menjerit kaget. Vladd ikutan kaget. Sementara itu si capet sudah berlari cepat sekali. Menubruk orang-orang. Nggak ada yang berani menghentikannya. Vladd spontan berlari sambil mengeluarkan remote-nya. Diarahkannya remote tersebut ke pencopet yang sedang berlari. "Mental!" teriak Vladd. Karena pencopet berlari kencang, remote Vladd malah kena ke orang lain. Orang itu kontan mental sambil menjerit kencang. Vladd terus mengejar si pencopet. Dia kembali membidikkan remote-nya. "Nyungsep!" Ups! Meleset lagi. Kali ini kena anak pedagang asongan yang tiba-tiba nyungsep. Sekah lagi Vladd mengarahkan remote-nya sambil berteriak, "Slow motion!" Sukses! Si pencopet mendadak berlari dengan gerakan slow motion. Pelan banget. Vladd girang. Dengan mudah dia mengejar pencopet itu. Lalu merebut kembali HP dan tas maminya. Si pencopet berusaha memukul Vladd. Tapi gerakannya lambat sekali, hingga Vladd dengan mudahnya menghindar dan balas menendang tulang kering si pencopet. Pencopet itu menjerit kesal. Beberapa saat kemudian dia diamankan oleh satpam mal. Smirnov bangga melihat keberanian Vladd menghadapi pencopet. Dia memeluk dan ngesun Vladd bertubi-tubi. "Kamu hebat sekali, Vladd. Pantes aja si Perry sampe babak belur kamu kerjain!" Vladd bengong. Jelas aja dia nggak nyambung. Gimana kisahnya si Perry bisa dia bikin babak belur? Ngeliat bodihya aja Vladd suka minder. Tapi, biarin aja deh. Saat ini Vladd nggak peduli. Dia sedang bangga-bangganya dikagumi Smirnov. Peristiwa kecopetan nggak membuat Smirnov jera untuk shopping. Dia malah tambah semangat belanja karena merasa terlindungi oleh Vladd. Sekarang mereka memasuki lorong-lorong swalayan di dalam mal. Vladd mendorong kereta sarat barang belanjaan. Semen tara Smirnov lincah memasukkan berbagai barang ke dalam kereta sambil bertelepon ria. Vladd manyun berat. "Mi, kalo belanja bulanan ajak Maryati, jangan Vladd!" "Siapa yang belanja bulanan?" Smirnov tersenyum geli. "Itu memang urusan Maryati. Dan lagi belanja bulanan kan cukup angkat telepon aja. Oya, keretanya udah penuh ya, Sayang? Kamu parkirin dekat kasir deh. Trus ambil kereta satu lagi. Masih banyak yang belum Mami ambil nih!" Vladd makin manyun. Dia mendorong kereta setengah berlari, lalu berhenti di depan kasir dengan posisi melintang. Saat mengambil kereta baru dia memperhatikan seorang anak kecil berusaha meraih sekantong permen di rak bagian atas. Vladd me-remote ke arah rak permen. "Jatuh," kata Vladd. Saat itu seorang pengunjung yang lewat menyenggol tangannya. Sekejap semua permen di rak berjatuhan menimpa si anak kecil. Anak kecil itu tertimbun permen. Ibunya datang memarahinya. "Ups!" Vladd menutup mulutnya dengan telapak tangan. Buru-buru dia mendorong kereta belanja. Bergegas mencari Smirnov. Acara belanja berlangsung hingga malam. Smirnov nggak peduli Vladd ngomel-ngomel terus. Buat Smirnov yang penting shopping, shopping, dan shopping! Dia begitu ceria keluar-masuk toko di dalam mal. Semen tara Vladd tampak kerepotan memegang beberapa tas belanjaan Smirnov. Vladd lama-lama nggak tahan juga. Dia mencampakkan tas belanjaan Smirnov ke lantai. "Kayaknya Vladd mau pingsan, Mi!" cetus Vladd dengan lidah terjulur kayak anjing kehausan. "Ya udah, kita cari minum dulu yuk!" bujuk Smirnov sambil menyeret Vladd memasuki kedai kopi di mal tersebut. Saat minum-minum, Smirnov membaca-baca sebuah majalah wanita. Sementara itu Vladd makan kue kecil sambil memperhatikan orang yang lalu-lalang. Matanya berhenti pada seorang laki-laki kurus berpakaian lusuh di luar kedai kopi. "Mi, Vladd pengen kasih bapak itu kue sama uang. Tapi Vladd lagi nggak bawa uang. Pake uang Mami, ya?" ujar Vladd. "Iya, Sayang. Kamu ambil sendiri deh di dompet Mami," sahut Smirnov sambil terus membaca majalah. Vladd bergegas membungkus kue dan mengambil uang dari dompet Smirnov, lalu menyerahkannya pada bapak kurus di luar kedai kopi. Ketika kembali, Smirnov bilang kalo Sapi'i datang ke rumah. Maryati baru saja telepon Smirnov. Vladd girang karena ada alasan untuk memaksa maminya segera pulang. Smirnov menyuruh Vladd untuk duluan ke mobil. Smirnov masih ingin ke toilet. Nggak usah disuruh dua kali Vladd langsung melesat pergi. Smirnov membuka dompetnya. Memeriksa uang dolarnya yang akan dia setor untuk arisan di rumah Bu Kusno. Mendadak Smirnov melotot kaget. Uang dolarnya lenyap. Dia berteriak panik memanggil nama Vladd. Smirnov masuk mobil sambil ngomel-ngomel pada Vladd yang duduk tersenyum. "Kamu terlalu, Vladd! Dolar Mami kamu kasih ke orang begitu saja. Itu seribu dolar, nggak sedikit! Setoran arisan Mami jadi kurang! Kamu memang keterlaluan!" Vladd tetap duduk sambil tersenyum. Nggak bereaksi. Bikin Smirnov makin sewot. Dia mencoba memukul lengan Vladd. Tapi tepukan itu menembus tubuh Vladd. Smirnov menjerit histeris. Saat itu Sapi'i sedang diinterogasi oleh Maryati dan Lukijo di teras. Biasa deh, ditanyain keperluannya apa. Kenapa malam-malam datang berkunjung. Dan sebagainya dan sebagainya. Lukijo dengan gaya satpamnya menyodorkan buku tamu untuk diisi. Sapi'i mengisi buku tamu. Lukijo dan Maryati diskusi di pojok teras. Nggak lama Vladd datang naik taksi. Vladd langsung mengajak Sapi'i masuk. Maryati dan Lukijo bengong. "Kok Mas Vladd sendiri? Nyonya Mirna ke mana?" tanya Maryati. "Saya juga heran, Mar!" sahut Lukijo sambil garuk-garuk kepala. "Apa Mas Vladd disuruh Nyonya pulang duluan?" Sebetulnya saat itu Smirnov sedang sesenggukan di kantor polisi. Di sebelahnya, Johan sang sopir, juga keliatan panik. "Vladd anaknya baik, Pak Betah di rumah. Nggak suka kelayapan. Cuma kemaren dia khilaf meninju mata temannya sampe biru. Tapi cuma itu saja, Pak Sebelum-sebelumnya, memukul nyamuk pun dia nggak tega!" "Maaf, Bu, ciri-ciri anak Ibu? Apa Ibu punya fotonya?" tanya polisi yang menerima pengaduan Smirnov. Smirnov mengaduk-aduk tas tangannya, mengeluarkan selembar foto. Lalu menyerahkannya pada polisi. Polisi itu menatap foto di tangannya dan wajah Smirnov dengan dahi berkerut. "Bu, ini..." Smirnov manggut-manggut sambil tersenyum bangga. "Iya, Pak Polisi. Kulitnya, senyum manisnya. Semuanya mirip saya!" . Pak Polisi itu kembali menatap foto di tangannya sambil mengernyit. Foto berukuran jumbo close up itu ternyata foto Smirnov sendiri yang sedang tersenyum lebar. Sementara itu di kamarnya Vladd sedang menceritakan pengalamannya mengawal Smirnov pada Sapi'i. "Ternyata remote ini sakti. Bukan cuma bisa ngalahin penjahat. Tapi bisa bikin hologram juga!" tukas Vladd sambil menimang remote-nya. "Jadi Mami kamu mikir kamu masih ada di mobil," kata Sapi'i dengan kagumnya. "Iya, I'. Padahal itu kan hologram!" jawab Vladd. Mereka berdua ketawa. Gudang Download Ebook: www.zheraf.net http://zheraf.wapamp.com 4. Ulang Tahun Vladd PAGI itu sebelum sibuk sama urusannya di luar, Mami Smirnov dan Papi Eraisuli ribut berdebat soal anaknya yang bentar lagi mo ultah. Tapi karena masalahnya cukup confidential, suami-istri itu ngomongnya berbisik-bisik. "Papi sih kelewat sibuk, jadi hal penting kayak gini sampe kelupaan," gerutu Mami. "Lho, Mami yang sering di rumah kok ikut-ikutan lupa? Harusnya kan ini tugas Mami," elak Papi. "Siapa bilang Mami sering di rumah?" Belum lagi Pak Eraisuli ngejawab, tiba-tiba Vladd turun dari kamarnya di lantai atas sambil menyandang subnotebook-nya. Vladd udah siap mo sekolah. Dua-duanya langsung tutup mulut. Cuma Pak Eraisuli sempet bisik-bisik lagi ke istrinya, "Sudah, nggak usah panik, kita masih punya waktu satu hari." Smirnov mengangguk. Lalu seperti nggak ada apa-apa, dia menegur anaknya. "Hai, Gorgeous, besok kamu jangan ke mana-mana, ya?" Vladd, cuek duduk di meja makan, sambil nyomot sandwich isi daging iris. "Lho, emangny selama ini Vladd suka ke mana aja, Mam? Perjalanan hidup Vladd kan dari rumah ke sekolah, dari sekolah ke rumah...." Mami Smirnov tertawa garing. "Alaaaah, kamu kan suka ngabur, Vladd. Maksud Mami besok kan hari istimewamu, kamu ulang tahun. Masa kamu lupa...?" "Nggak, Vladd nggak lupa. Tapi Vladd biasa-biasa aja tuh." "Eh, nggak boleh biasa-biasa aja atuh! Pesta ini harus dirayakan." Mami Smirnov lalu bangkit, memanggil Maryati. "Maaaar, come here! Bawa undangannya sekalian!" Maryati datang tergopoh. Tangannya membawa setumpuk undangan. Mami lalu menyerahkan undangan itu ke Vladd. "Nah, kasih undangan ini ke seluruh teman sekolahmu. Oh ya, di sekolahmu ada berapa murid? Seribu? Dua ribu? Sepuluh ribu? Pokoknya undang semua...." Vladd bingung melihat tumpukan undangan di tangannya. "Mami apa-apaan sih? Ini mau ngundang ulang tahunan apa ngundang demo, kok banyak bener?" "Iya, Mam, lebih baik undang teman-teman dekatnya saja. Teman sekelas Vladd paling cuma tujuh-delapan orang...," ujar Pak Eraisuli mendukung Vladd. Belum istrinya menjawab, Maryati yang sok tau itu tiba-tiba buka mulut, "Maap lho, Bik Mar mau kasih saran. Sekolah Vladd itu kan sekolahnya orang kaya.... Kalo semua diundang, kadonya pasti banyak, dan bagus-bagus semua...." Papi Eraisuli dan Mami Smirnov memandang ke arah Maryati. Vladd langsung mendengus. "Vladd nggak pengen kado!" "Kok nggak pengen? Tapi pestanya pengen, kan?" ujar Smirnov. "Nggak!" Mami Smirnov apal banget sama kekeraskepalaan anaknya. Dia pun akhirnya mengalah. "Ya sudah, kamu bawa secukupnya. Tapi asal tau aja, rumah ini masih sanggup menampung tamu seribu orang." . Vladd mengambil sekitar sepuluh lembar undangan, lalu ia membalikkan badannya. Siang itu Zuleha, sang juru masak keluarga Vladd, lagi asyik memasak di dapur yang serbacanggih dan lengkap. Pakaiannya khas, topi koki yang tinggi dan celemek putih. Maryati dengan gaya inspektur upacara, masuk sambil memeriksa menu-menu yang lagi dibuat anak buahnya itu. Gayanya sok ngebos banget. "Zuleha, tart enam belas tingkatnya sudah disiapkan?" tanya Maryati tiba-tiba. Zuleha yang nggak tau kemunculan Maryati, jadi tersentak kaget. Lalu menjawab gugup, "S-saya bikin kue-kue kering dulu, baru bikin yang enam belas tingkat itu." "Lho, harusnya kan tart itu dulu, baru yang lain. Tingkatnya harus sesuai umurnya. Jangan kayak tahun lalu, ulang tahun kelima belas, kamu bikin tart cuma empat belas. Terpaksa ditambah sama gabus biar pas lima belas!" jelas Maryati. Zuleha nyengit. "Lha, kalau dia ulang tahun kedua lima, bisa-bisa kuenya setinggi rumah dong!" "Nggak peduli! Pokoknya, bikin tart enam belas tingkat dulu, baru yang lain. Mengerti? Saya mau memeriksa yang lain," tandas Maryati sambil berjalan keluar dapur. Zuleha bersungut-sungut memandang kepergian Maryati yang sok sibuk itu. Sementara itu di halaman depan, si tukang kebun Narsakip sedang sibuk mengatur letak pot bunga dan sesekali menggunting daun kering. Bajunya genjreng, dengan motif kembang-kembang. Maryati datang dengan sikap sok galak dan tegas. "Narsakip!" "Aye, Mar. Ada yang bisa dibantu?" tanya Narsakip takzim. "Mana pot mawar enam belas warna yang harus ditaruh di dekat pintu masuk?" "Baru tiga warna, Bu Mar, susah nyari mawar enam belas warna." "Lho, taun lalu pas Den Vladd ultah kelima belas kamu bisa dapat mawar dengan lima belas warna!" _ "Iya, tapi dulu itu kan mawar plastik, Mar, warnanya aja saya semprot Pilox." "Sekarang ini saya minta yang segar, asli, dan harus enam belas warna yang beda!" ujar Maryati tegas, lalu langsung balik badan meninggalkan Narsakip yang garuk-garuk kepala kebingungan. Pas pelajaran kimia di sekolah, anak-anak sekelas Vladd lagi sibuk di laboratorium kimia yang gede dan bersih. Mereka memakai labjas. Baju putih dengan dua kantong di kiri dan kanan bawah. Semuanya tampak asyik dengan kegiatan praktikum, kecuali James, yang malah asyik merayu Marigold. "Jika hatiku adalah isi botol ini," ujar James sambil mengambil sebuah botol, "dan hatimu isi botol ini...," ujarnya lagi sambil mengambil botol yang lain, "maka hati kita adalah ini..." James lalu mencampur kedua cairan itu. Marigold melihat cairan yang berubah jadi kotor itu. "Butek amat!" Marigold langsung meninggalkan James. James terpaku, lalu memandang campuran larutan itu. "Iya ya, butek amat...." Semen tara Su Yin sedang asyik membakar cawan petri berisi larutan. Ia diapit Vladd dan Yudiantara yang juga lagi asyik memperhatikan Su Yin. Su Yin menaruh kertas tester ke dalam cawan. "Eh, Vladd, ternyata warna kertasnya berubah, lho...." Yudiantara menyerobot menjawab, "Tandanya sifat larutannya juga berubah dari asam menjadi basa." "Gue juga tau!" ujar Su Yin ketus. "Kalo nggak dikasih tau, mana lo tau?" balas Yudiantara. "Sok pinter lo, gue ngomong sama Vladd malah lo yang jawab." "Gue emang pinter. Huh, emangnya cuma Vladd yang jenius! Lagian ini kan tandanya gue peduli, nggak kayak Pak Bangke," sungut Yudiantara. Pak Bangke? Emang kenapa Pak Bangke? Olala, ternyata guru Vladd itu malah asyik tidur sambil menelungkupkan kepala di meja pengawas. Keterlaluan ya, bukannya ngawasin murid-murid praktikum, malah tidur. Paling-paling semalem nonton VCD sampe pagi. Marigold yang juga ngeliat Pak Bangke tidur, isengya langsung kumat. "Kita kerjain aja, yuk. Kita udah bayar SPP jutaan perak, eh, gurunya males begini." "Iya, kerjain aja. Biar kapok," Yudiantara setuju. "Jangan, kasihan kan...," Su Yin yang paling nggak tegaan mencoba ngelarang. Vladd sih diem aja. Soalnya sebetulnya dari tadi dia tuh nyari momen buat ngasih undangan ultah ke temen-temennya. Tapi entah kenapa, Vladd males banget ngebagiin tu undangan. Takut bikin heboh. Kan tau sendiri, biang jail kayak Perry cs itu paling seneng bikin malu Vladd. Maka Vladd cuma merogoh setumpuk undangan di saku kanan labjasnya, lalu dimasukkan lagi. Sementara di pojokan, Pak Bangke mulai ngorok, sampe kedengeran ke mana-mana. Anak-anak bingung nyari akal, gimana cara ngerjain Pak Bangke. Vladd lama-lama jadi nggak tahan, pengen ngejailin juga. Diam-diam ia menyelinap ke balik rak tinggi, lalu mengarahkan remote-nya ke sebuah cairan warna merah. Jari Vladd menekan tombol fly. Maka, larutan merah kental dalam tabung itu pun melayang ke arah Pak Bangke yang asyik ngorok. Tepat di atas kepala Pak Bangke larutan itu siap ditumpahkan. Tetapi mendadak Pak Bangke bangun dan ngulet. Terang aja Vladd kaget. Tangannya gemeter. Tombol stop di remote-nya buru-buru dipencet lagi. Maka, tabung berisi cairan itu pun kaku di atas Pak Bangke. Pak Bangke menoleh ke kiri dan kanan, lalu bertanya pada anak-aak yang praktek. "Mana piring terbangnya?" Pak Bangke lalu nyengir sendiri. "Eh, sori, saya mimpi ada yang melayang di atas kepala saya." Vladd terang aja gemeteran. Remote control-nya buru-buru dimasukin ke saku labjasnya. Anak-anak nggak ada yang ngeh, kecuali Perry, yang matanya langsung nyureng, antara percaya dan nggak melihat sebuah tabung berisi cairan melayang di atas kepala Pak Bangke. Pak Bangke menguap, dan tidur lagi, "Ya sudah, kalian praktek aja lagi. Zzzzz." Perry buru-buru nunjuk tangan. "Pak, ada..." Tapi percuma, Pak Bangke sudah keburu terbang ke alam mimpi. Sementara mata Perry masih tertuju pada tabung berisi cairan merah itu, Vladd diem-diem langsung mengarahkan remote-nya ke tabung sambil menekan tombol drop. Isi tabung itu pun tumpah membasahi kepala Pak Bangke. Perry nyaris berteriak karena kaget, tapi dia nggak tau apa yang mau diomonginnya. Cairan merah itu mengalir turun dari kepala menuju mulut. Pak Bangke menjilat-jilat hingga merasa tercekik. Akhirnya dia terbangun dengan kaget. Tangannya mengusap wajahnya. Begitu matanya melihat tangannya yang berwarna merah, ia menjerit. "Tolooong!" Semua anak kaget dan menoleh ke Pak Bangke. "Siapa yang menggetok kepala saya? Siapa yang memartil kepala saya?" ujar Pak Bangke histeris. "Kalian emang anak-anak kejam. Gurunya tidur, kok kepalanya dihajar.... Kalian... Tolooong!" Anak-anak saling pandang, bingung. Perry yang tau kejadiannya, langsung buka mulut, "Pak, itu bukan..." "Saya nggak mau denger alasan. Tolooong...! Aduh, sakit sekali. Darahnya banyak banget... Tolooong...!" . Pak Bangke nggak bisa melanjutkan omongannya, karena ia sudah keburu pingsan. Anak-anak saling pandang. "Ulah siapa sih? Kasian kan," ujar Nanda. "Iya, nggak berperikemanusiaan!" tambah Nandi. "Biarin aja. Lagian bukannya ngajarin kita, eh malah tidur," ungkap Marigold. "Tapi kalo Pak Bangke keabisan darah gimana? Lo tuh emang kejam. Ayo, bawa dia ke rumah sakit. Heran, siapa sih yang tega memukul kepala guru sendiri?" maki Su Yin. Perry langsung menenangkan khalayak, "Tenang, tenang, ini bukan darah.... I-i-i-ini cairan dalam tabung. Tadi gue liat ada tabung melayang, terus isinya tumpah ke kepala Pak Bangke." Semua bengong. "Ah, ngibul lo. Ngibul. Mana bisa tabung melayang!" "Beneeer. Masa lo nggak percaya sih? Pasti ada orang yang punya tenaga dalem untuk ngegerakin benda-benda sampe melayang." Perry memandang ke Su Yin, lalu Su Yin menggeleng nggak ngerti. Perry menoleh ke Vladd. Vladd diem, tegang, tapi kemudian buru-buru menggeleng. "Ya udah, lo nggak usah kelewat curiga. Mendingan kita praktek lagi." Maka, anak-anak pun membiarkan Pak Bangke pingsan. Herannya, sebentar kemudian acara pingsan Pak Bangke sudah berlanjut jadi tidur nyenyak. Ngorok lagi. Anak-anak kembali asyik melakukan praktikum. Vladd mulai merogoh saku kanan labjasnya lagi, mau ngasih undangan. Tapi begitu diliatya temen-temen pada serius, dia urungkan niatnya. Perry yang kelihatan mulai bosen berkutat dengan larutan, mulai iseng memperhatikan saku labjas Vladd. Ada benda menyembul dari saku labjas sebelah kiri. Perry mendekati Vladd pelan-pelan dari belakang. Begitu dekat, tangannya langsung merogoh saku labjas Vladd dan mengambil remote control milik Vladd. Vladd kaget! "Per, balikin. Itu bukan maenan," ujar Vladd panik. "Emang bukan maenan! Remote TV lo bawa-bawa ke sini. Eh, temen-temen, Vladd bawa remote TV-nya. Lo emang anak aneh, Vladd!" ledek Perry. "Wah, bisa-bisa ibunya nggak nonton telenovela tuh!" James cekikikan. "Per, balikin!" Bukannya ngebalikin, Perry malah mencet-mencet tu remote. "Per, jangan dipencet.... Bahaya," pekik Vladd panik. "Apa-apaan sih nih anak, cuma remote TV diambil aja, ketakutan! Eh, yang beginian banyak di pasar loakan, tau!" Dengan sebal Perry langsung membuang remote control itu ke dalam larutan yang terdapat di bejana besar. Vladd melotot. "Peeer, jangaaan...." Tapi remote control itu sudah masuk ke dalam larutan bejana besar, hingga menghasilkan gelembung seperti layaknya benda tenggelam. Vladd buru-buru hendak mencelupkan tangan ke bejana itu, tapi dengan sigap Su Yin keburu menahan. "Jangan, Vladd! Itu larutan asam! Tangan kamu bisa luka. Bisa tinggal tulang doang!" Vladd akhirnya mengurungkan niatnya. Dan dia benar-benar mau nangis melihat remote-nya berada di dalam larutan tersebut. Sesaat kemudian, larutan itu berubah warna. Dan tiba-tiba saja ada aliran listrik menjalari larutan tersebut, keluar dari remote control... Makin lama percikan listrik itu makin banyak. Semua mata memandang heran dan tegang. Vladd punya firasat akan terjadi sesuatu. Ia segera bangkit dan menarik Su Yin ke luar. "Semua, ayo keluar!" teriak Vladd. Anak-anak masih pada bengong. Sementara dari bejana sebesar akuarium itu sudah mulai keluar asap. "Ayo, lariii!" Perry dan semua anak langsung lari menerobos pintu lab. Sementara asap sudah kian mengepul dan bunga api listrik mulai mercik dari remote di dalam larutan. Saat itulah Pak Bangke terbangun dari pingsannya. "Lho, kok sepi? Pada ke mana? Huk-huk, kok ada asap?" Anak-anak-yang semuanya masih make labjas-langsung lari ke lapangan. Sampe di lapangan rumput, mereka langsung tiarap. Dan sejenak kemudian, terdengarlah suara ledakan dari dalam laboratorium tersebut. Setelah ledakan selesai, dari arah laboratorium keluar sesosok makhluk. Wajahnya hitam cemong. Rambutnya j igrik. Bajunya koyak-koyak hangus, kayak korban ledakan pada umumnya. Dialah Pak Bangke. Pak Bangke berteriak kesal, "Kalian memang keterlaluaaan...." Habis teriak gitu, dia langsung lunglai, pingsan lagi. Vladd sudah nggak peduli. Ia bangkit dan lari menuju laboratorium, ingin melihat remote control-nya. Perry mengikuti dari belakang Remote ajaib itu ditemukan di lantai laboratorium yang gosong. Remote itu juga gosong. Vladd mencoba memencet tombol-tombolnya. Tetapi remote itu diam nggak bereaksi. Vladd sedih banget. Ia sadar, remote-nya sudah tidak bisa dipakai lagi. Vladd memandang remote-nya dengan gundah. Perry datang mendekat dan memperhatikan sikapnya. "Vladd, maapin gue, ya? TV di rumah lo mereknya apa sih? Entar deh gue beliin remote-nya, atau mau TV-nya sekalian?" ujar Perry yang merasa bersalah. Vladd nggak menjawab. Dia bangkit sambil membawa remote itu. Matanya mulai merah. Perry yang semula mau mengekor jadi nggak berani. "Vladd, apa perlu gue suruh tukang servis ngebetulin remote lo?" Vladd terus melangkah. Hatinya sedih. Ia berjalan menjauh, sendirian, menyusuri koridor. Matanya sudah basah. Ketika melewati tong sampah, ia merogoh kartu-kartu undangan yang masih tersimpan di saku kanan labjas-nya. Kartu-kartu itu dipandanginya, lalu dirobek, dan dibuang ke tong sampah. Mami Smirnov dan Maryati sedang sibuk mengatur ruang tamu untuk tamu-tamu yang bakal datang di ulang tahun Vladd. Lukijo tampak sedang memasang balon-balon. "Masangnya yang bener dong! Jangan sampe balon-balon itu menghalangi pandangan para tamu!" perintah Smirnov. "Iya, Nya. Lagian balon ini pan ditaruh di atas. Masa sih ada tamu yang badannya setinggi atep?" ujar Lukijo. "Mar, kamu sudah kirim undangan ke kurir langganan saya?" tanya Smirnov. Maryati mengangguk. "Dan kamu cek juga, Jangan sampai ada tamu yang rambutnya sama dengan warna rambut saya!" "Sudah, Nya, mereka rata-rata warnanya item, cuma Nyonya aja yang hijau muda! Sebenernya Nyonya ngundang berapa orang sih?" "Seribu orang! Dan seribu-ribunya harus nerima undangan hari ini!" Tepat saat itu pintu rumah terbuka. Vladd masuk dengan wajah sedih, nggak bergairah. Smirnov langsung menyambut, "Vladd, kamu sudah pulang, Honey? Kamu harus coba baju yang dibikin Donatela Versace khusus buat kamu...." "Nggak usah deh, Mi, pasti pas sama badan Vladd," ujar Vladd manyun. Lalu ia melihat sekeliling. "Pada ngapain sih, Mi?" "Ngapain? Ya mendandani rumah. Ingat, besok seribu tamu akan datang ke ulang tahun kamu...." "Nggak usah deh, Mi, nggak perlu dirayain. Vladd udah gede. Malu." "Kalau tidak dirayakan, justru Mami yang malu." "Pokoknya, Vladd nggak pengen dirayain gede-gedean. Temen-temen sekolah Vladd juga nggak bakal dateng. Mendingan duitnya disumbangin," ujar Vladd sambil ngeloyor ke kamar. Smirnov bingung melihat sikap anaknya. "Ada apa sih, Vladd? Gorgeous..." Vladd nggak menjawab. Ia sudah keburu naik tangga menuju kamarnya. Malamnya di kamar, ketika lagi membungkus kado buat Vladd, Smirnov mengadukan sikap Vladd ke Eraisuli. "Anak itu emang aneh sejak dilahirkan. Tau nggak, tiba-tiba saja dia nggak mau ulang tahunnya dirayakan. Alasannya: malu!" sungut Smirnov. Dengan sikap tenang, sambil terus ngebantuin istrinya membungkus kado, Pak Eraisuli berujar, "Mungkin dia bosan, sejak ulang tahun pertama sampe kesepuluh, tamu-tamunya nggak kurang dari seribu orang. Jadi, sekarang dia ingin merayakan secara khusus.. .." "Lho, ini kan sudah tradisi. Tadinya Mami malah mau ngundang dua ribu orang; relasi Mami di Jepang, Singapur, teman-teman kursus bahasa Inggris, bahasa Jerman, dan bahasa Urdu... bahkan teman senam Mami sudah dikirimin undangan...." "Banyak bener, Mam," ledek Eraisuli. "Itu belum seberapa. Teman-teman piknik Mami juga diundang, mereka pasti sudah nyiapin kado buat Vladd." Eraisuli menatap Smirnov lekat-lekat. "Sebenernya yang ulang tahun itu Mami apa Vladd sih? Yang diundang kok temen Mami semua, dan... yang ngotot juga Mami." "Lho, Mami ini kan ibunya. Tujuan Mami kan biar Vladd bahagia...." "Kalo dia lebih bahagia tanpa diramein, gimana? Sekali-sekali kita rayakan bertiga pasti asyik. Mami, Papi, dan Vladd makan malam di rumah...." "Tapi undangannya sudah dikirim," kilah Smirnov. "Kan bisa ditelepon satu-satu buat membatalkannya...." Smirnov diam saja. Lalu, mereka melanjutkan membungkus kado. Sementara di kamarnya, Vladd lagi ngirim e-mail ke Spaceboy. Dia nyeritain problemnya. Nyeritain remote-nya. Cara kerja tu remote, lengkap dengan bahan-bahannya. Vladd merasa sedih, dan nggak mampu memperbaiki remote yang sudah susah payah dia rakit. Dia pikir Spaceboy kan pasti jenius. Siapa tau anak angkasa luar itu bisa menolongnya.... Acara ultah Vladd yang gede-gedean memang nggak jadi diadakan. Smirnov cuma memilih makan malam bertiga sama anak dan suaminya. Mami Smirnov memakai gaun malam dan warna rambutnya dicat oranye. Papi Eraisuli memakai jas engkap, dan Vladd memakai baju yang bagus. Mereka berada di meja makan bulat yang ditata sedemikian mewah dan anggun. Mereka tampak menikmati makan malam yang ditata dengan lilin di tengah meja, kecuali Vladd yang makan dengan malas-malasan. "Kamu sakit, ya?" Smirnov menegur anaknya. Vladd menggeleng. "Kalo makanannya nggak enak, nggak usah dihabiskan." Eraisuli buru-buru berbisik lembut pada Vladd, "Inget ajaran Papi, jangan biarkan segalanya mubazir.... Makan pelan-pelan, pasti habis." Vladd mengangguk. Akhirnya, dia bisa juga menghabiskan makanan tersebut. Tapi wajahnya tetap nggak gembira. "Saatnya membuka kado! Maryati, bawa kado-kado itu kemari." Maryati datang dengan nampan berisi kado. Mami Smirnov mengambil sebuah kado Lalu memberikan ke Vladd. "Ini dari Mami. Ayo, dibuka." Vladd membuka kado itu tanpa gairah. Ternyata isinya bola basket. "Itu bola basket yang ditandatangani khusus oleh Michael Jordan dan Dennis Rodman. Kamu bisa main basket dengan bola itu sepuasmu." Vladd cuma tersenyum tipis. Wajah Vladd biasa aja. Vladd emang nggak suka basket, jadi mana peduli sama Michael Jordan atau Dennis Rodman? Mami kayak yang nggak tau anaknya aja. Sementara Papi Eraisuli mengambil sebuah bungkusan dan mengangsurkannya ke Vladd. "Ini dari Papi.... Kamu boleh buka di sini. Ayo, nggak usah malu." Vladd membuka kado tersebut. Namun ia tetap tidak bergairah. Ternyata isinya sarung tinju. Ada tanda tangannya. "Asli milik Mike Tyson! Ada tanda tangannya, dan itu sarung tinju kesayangannya. Papi beli cuma buat kamu.... Barangkali saja besar nanti kamu bisa jadi petinju...." Vladd mengernyit. Aneh-aneh aja kado yang diterimanya. Apa mereka nggak tau kalo Vladd nggak seneng olahraga. Maryati menyerahkan sebuah kado. "Ini dari Bik Mar, Lukijo, Narsakip, sama Zuleha.... Buka dong...." Vladd membukanya. Tetap nggak bergairah. Ternyata isinya karikatur Vladd yang dibingkai. "Makasih, Bik...," jawab Vladd singkat. "Narsakip yang ngupahin orang ngegambar tampang Mas Vladd. Mirip, kan?" ujar Maryati bersemangat. Vladd mengangguk, dan mencoba senyum. Melihat Vladd yang lagi bad mood begitu, Mami Smirnov cepat mengalihkan suasana. "Nah, sekarang saatnya makan kue tart! Mar, keluarkan tart yang enam belas tingkat itu!" Maryati bengong. "Lho, kan sudah habis, Nya, dimakanin anak-anak kampung belakang...." "Anak-anak kampung?" Smirnov kaget. "Ho-oh, Mas Vladd yang suruh ngasih ke anak-anak kampung...," ujar Narsakip. Mami Smirnov dan Papi Eraisuli memandang ke Vladd dalam-dalam. Vladd cuma menunduk saja. Vladd masuk ke kamarnya dengan wajah sedih. Hadiah di pelukannya dilemparkan ke atas kasur dengan kecewa. Ia melihat komputernya tidak memberikan reaksi apa-apa, tandanya belum ada jawaban dari Spaceboy. Vladd jalan ke tombol lampu, mau mematikan lampu dan langsung tidur. Saat itulah terdengar suara "You've got mail!" dari komputernya. Vladd buru-buru menuju komputernya. Ternyata ada jawaban dari Spaceboy. "Selamat ulang tahun keenam belas, Vladd. Maaf, saya nggak bisa datang. Jangan sedih, remote kamu itu bisa dibetulkan.... Besok saya mampir ke kamar kamu. Saya bantu kamu membetulkan remote itu...." Vladd menarik napas lega. "Thanks, Spaceboy, inilah kado ulang tahun paling nyenengin buat saya." Vladd jadi nggak sabar menunggu kedatangan Spaceboy esok harinya. Gudang Download Ebook: www.zheraf.net http://zheraf.wapamp.com 5. Kejadian Asyik KEHENINGAN pagi di rumah Vladd dipecahkan oleh jeritan histeris Smirnov. " VLAAAADDD!!!" Di ruang tamu Smirnov bertolak pinggang dengan angker. Rambutnya kaku, naik ke atas. Kepalanya berasap, tanda dia lagi murka. Smirnov berkali-kali menekan interkom. Meneriakkan nama Vladd. Tapi yang tergopoh datang malah Maryati dan Lukijo. "Ada apa, Nyonya?" tanya Maryati dan Lukijo kompak. Bukannya dijawab, mereka malah dapat bentakan. Akhirnya kedua orblak itu malah ngomentarin model rambut terbaru Smirnov yang mirip Don King. Akibatnya Smirnov makin galak ngebentak, "Diaaam! Ini semua gara-gara kamu, Mar! Gara-gara kamu asal taro cairan pewarna rambut saya di kulkas!" cerocos Smirnov. "Lha, itu kan Nyonya yang suruh," sahut Maryati polos. "Iya, saya yang nyuruh. Tapi di kulkas kamar saya. Bukan kulkas dapur!" Nggak lama Eraisuli muncul juga di ruang tamu. Dia kaget banget liat Smirnov dengan model rambutnya yang ajaib. Belum sempat Eraisuli berkomentar, Smirnov sudah membungkamnya. "Nggak usah komentar! Ini ulah anakmu, Vladdvanio!" cetus Smirnov lalu kembali jeritan manggil nama Vladd sambil memijit interkom. "Vlaaadd! Vlaaadd! Vlaaaaaaddd!!! Sini kamuu!" Akhirnya Vladd nongol juga. Dia tersenyum-senyum bangga memamerkan rambutnya yang kini berwarna cokelat kemerahan. Keren. Keliatannya funky banget. Cocok buat rambut jigriknya. Menyaksikan Vladd tampil keren begitu, Smirnov semakin sewot. "Vladdvanio, kamu curi ya pewarna rambut Mami?" Vladd menggeleng cepat. Lalu nyeritain kejadian lengkapnya. Gimana sampe pewarna rambut maminya bisa dia pake. Kisahnya kemaren sore Vladd kesal karena dipaksa ngabisin hidangan tea time-nya oleh Maryati. Menu tea time yang membosankan, susu cokelat. Diam-diam Vladd mengembalikan cokelatnya susunya ke kulkas. Nah, saat membuka kulkas dia menemukan cairan pewarna rambut milik maminya. Kebetulan warnanya mirip banget dengan susu cokelat. Dengan enaknya Vladd mengambil sebagian pewarna rambut Smirnov. Sedang susu cokelatnya dia tuangkan ke botol pewarna rambut yang masih ada isinya setengah. "Jadi Vladd nggak nyuri, Mi. Vladd cuma minta pewarna rambut Mami sedikit," jelas Vladd. Semua yang mendengar kisah Vladd jadi ngakak. Sementara Smirnov ngomel-ngomel sendiri. Abis cairan pewarna rambut kan nggak boleh dicampur susu. Akibatnya rambut bisa ngejigrik kayak tersengat listrik tegangan tinggi. Dan di hari Minggu pagi itu Vladd kena hukuman kurung. Nggak boleh keluar rumah. "Ingat ya, Vladd, nanti malam kita makan malam di luar sama Papi!" tegas Smrrnov. Lalu menoleh ke Maryati. "Mar, siapkan wig saya yang biru elektrik!" . Smirnov berlalu. Vladd tertunduk sedih. Sebetulnya dia nggak bermaksud ngerjan rambut maminya. Dia cuma pengen tampil keren dengan pewarna rambut barunya. Tapi akibatnya malah runyam. Mami marah-marah dan dirinya kena hukuman. "Jangan sedih, Vladd. Papi seharian juga rumah. Kita bisa main playstation bareng, hibur Eraisuli sambil merangkul pundak Vladd. Mendadak HP Eraisuli berdering. "Ya, ada apa, Priska? Apa? Di Batam? Pagi ini? Ya sudah, kamu siapkan tiket pesawat saya," sahut Eraisuli lalu mematikan HP-nya. Eraisuli menatap Vladd dengan tatapan penuh penyesalan. "Vladd, kayaknya Papi nggak jadi nemenin kamu di rumah. Pagi ini ada rapat pemegang saham di Batam. Tapi Papi janji..." "It's okay, Papi. Vladd nggak apa-apa kok sendirian. Vladd kan udah gede. Nggak perlu dijagain terus. Papi pergi aja!" sahut Vladd sambil berjalan menuju kamarnya. "Tapi malam nanti Papi janji sudah ada di rumah, Vladd. Kita makan di luar, kan?" teriak Eraisuli. Siang itu Vladd gelisah di kamarnya. Dia mulai bosan menjelajah dunia maya dengan komputernya. Rasanya seluruh web site sudah habis dikunjunginya. Vladd mulai suntuk. Tiba-tiba dia kejatuhan sebuah ide. Dengan semangat Vladd memijit interkom, manggil Maryati. Nggak lama Maryati sudah nongol di depan kamarnya. Bicara pada kamera di sudut pintu kamar Vladd. "Mas Vladd, I'm coming!" Vladd buru-buru membuka pintu dengan remote-nya. Maryati melangkah masuk dengan yakinnya. "Mar, saya udah nonton laser, searching web site sampe belekan, tapi saya masih suntuk. Gimana kalo kamu datengin topeng monyet ke sini?" kata Vladd, bikin kaget Maryati. "Topeng monyet, Mas? Itu kan pertunjukan kampung. Tapi kalo Mas Vladd pengen nonton, besok deh saya panggilin ke sini." "Kelamaan! Gimana kalo kamu aja yang main topeng monyet?" Maryati tersentak kaget. Vladd segera mengambil remote-nya lalu mengarahkannya pada Maryati. "Joget!" perintah Vladd. Maryati kontan joget dengan gaya pulennya. Vladd kegirangan. Dia memukul-mukul meja dengan irama gendang. Mengiringi Maryati joget. "Maryati pergi ke pasar!" perintah Vladd lagi. Kali ini Maryati mengikuti gaya seekor monyet dalam pertunjukan topeng monyet. Monyet yang berlenggang membawa bakul. Vladd cekikikan geli. Terus mengiringi dengan tabuhannya. "Maryati naik kuda!" perintah Vladd sambil ketawa. Dan Maryati pun bergaya kayak monyet yang sedang naik kuda. Tampak konyol sekali. Tiba-tiba telepon di kamar Vladd berdering. Musik tabuhan Vladd berhenti. Tapi Maryati terus saja berjoget sambil naik kuda. "Iya, Mi? Mami ngecek Vladd, ya? Apa? Maryati emang lagi di sini. Dia lagi joget," jelas Vladd. Lalu kaget sendiri. "Ehh, enggak! Mar lagi... lagi... nggak tau deh, Mi! Nanti deh, Mi, Vladd sampein. Soal dinner nanti malam, iya, Vladd inget. Bye, Marni!" Vladd menutup telepon lalu me-remote Maryati. "Stop!" Maryati normal kembali. Dia tampak terengah-engah kelelahan. Napasnya ngos-ngosan. Kayak abis lari puluhan kilometer. "Ada apa ya, Mas? Kok mendadak saya ngerasa lemes banget?" tanya Maryati keheranan. Vladd cuma angkat bahu sambil mesem. "Oya, Mar, tadi Mami telepon. Katanya kamu disuruh nyiapin wig Marni yang warnanya biru elektrik buat dipake dinner nanti malam." Maryat manggut-manggut, kemudian meninggalkan kamar Vladd dengan langkah lunglai. Vladd mulai kesepian lagi. Dia memandang ke luar jendela. Di luar sana tampak Sarah yang sedang bermain dengan seekor anjing pudel yang lucu. "Ehh, Sarah punya anjing baru!" gumam Vladd. Karena penasaran Vladd nekat membuka jendela kamarnya dan turun ke bawah pake tambang yang diikatkan pada kisi jendela. Beberapa menit kemudian Vladd sudah tiba di depan rumah Sarah. "Anjing baru ya, Sar?" tegur Vladd ramah. Sarah langsung bersikap judes. Dia merasa acara bermainnya terusik oleh kedatangan Vladd. "Ngapain kamu ke sini? Pake nyengir segala, jelek tau!" sahut Sarah dengan judesnya. Vladd yang berusaha ramah jadi mulai kesal dijudesin Sarah. "Saya nanya baik-baik, kenapa kamu jadi judes begitu?" "Suka-suka, dong! Awas aja kalo kamu deketin Tessa. Biar saya suruh dia gigit kamu!" sahut Sarah makin galak. "Coba aja kalo berani. Paling nasibnya bakal kayak Felicia, kucing angora kamu," tantang Vladd. Ditantang begitu Sarah jadi naik darah. Dia langsung membuka gerbang rumahnya. Dan membiarkan anjingnya mengejar Vladd. "Kejar dia, Tess! Gigit dia!" perintah Sarah sadis. Vladd nyengir sambil berusaha meraih remote di saku bajunya. Betapa kagetnya dia menyadari remote-nya ternyata tertinggal di kamar. Kontan Vladd lari tunggang-langgang. Sementara Sarah cekikikan abis. Vladd berlari dan terus berlari dengan wajah pucat. Di belakangnya, Tessa, anjingnya Sarah, terus memburunya. Untung sebelum tikungan jalan ada sebuah pohon tinggi. Dengan gaya pemanjat ulung, Vladd naik ke atas pohon tersebut. Nggak berapa lama, Vladd melorot turun. Sementara anjing Sarah sudah semakin dekat. Setelah anjing itu tinggal beberapa meter, akhirnya Vladd berhasil naik ke atas pohon. Dia langsung duduk pada salah satu dahan yang kuat. Di bawah sana, Tessa menyalak ribut banget sambil mondar-mandir mengelilingi pohon. Seakan siap menunggu Vladd turun. Siap menggigitnya. "Terpaksa deh malam ini kemping di atas pohon," keluh Vladd. Malam itu Smirnov sudah rapi dengan gaun pestanya yang mewah plus rambut warna biru menyala. Dia agak heran karena Vladd nggak muncul-muncul dari kamarnya. Dengan sebuah lengkingan kencang, Smirnov memanggil Maryati. Maryati segera muncul. "Mar, Vladd tadi keluar kamar nggak?" tanya Smirnov. "Enggak, Nyonya. Saya yang disuruh Mas Vladd ke kamarnya. Tapi abis itu saya disuruh keluar lagi...," jawab Maryati. "Tea time-nya?" "Sudah saya anter, Nyonya. Tapi kayaknya nggak diminum." "Payah, anak itu!" ujar Smirnov sambil mengenakan kalung berliannya. "Tuan tadi nelepon nggak?" "Iya, Nyonya. Kata Tuan pesawatnya berangkat jam lima dari Batam," jawab Maryati. "Tapi kok jam segini Tuan belum datang?" Baru kalimat Maryati berakhir, Eraisuli masuk rumah diiringi Lukijo yang membawakan tas kerjanya. Ternyata jalan tol macet. Biasa, ada demo-demoan. Mau pesen helikopter, udah tanggung. Lagian pake heli saat demo, alamat helinya nggak terbang-terbang. Soalnya banyak yang pengen numpang, hihihi.... Eraisuli dandannya nggak selama Smirnov. Sekejap papi Vladd itu sudah siap dengan jas hitamnya yang keren. "Mana Vladd? Mar, cepat kamu panggil dia. Bilang kalo kita nggak bisa kelamaan nungguin dia!" perintah Eraisuli kesal. "Su-sudah, Tuan Er. Saya sudah nggedor pintu kamar Mas Vladd. Tapi nggak ada sahutan," ujar Maryati takut-takut. Smirnov dan Eraisuli saling tatap, heran. Tiba-tiba terdengar teriakan Lukijo dari luar rumah. "Tidaaakkk!! !" Seluruh penghuni rumah berhamburan ke luar. Di bawah jendela kamar Vladd, Lukijo tampak pucat pasi. Dia begitu pucat menatap tambang yang menjulur dari jendela kamar Vladd yang menganga. "Vladd!!!" Smirnov menjerit panik. "Papi, cepat panggil polisi! Telepon rumah sakit! Kerahkan tim sar! Vladd hilang!" Eraisuli buru-buru menenangkan Smirnov. "Mami tenang dulu dong. Vladd belum tentu hilang," hibur Eraisuli. Lalu menoleh pada Lukijo. "Jo, gimana kamu ini? Bisa-bisanya Vladd keluar rumah nggak ketauan. Apa kamu sudah periksa seluruh ruangan?" "Sudah, Tuan Er, sudah saya periksa semuanya. Tapi Mas Vladd nggak ada...," sahut Lukijo dengan nada penuh penyesalan. Mendengar penjelasan Lukijo, Smirnov kontan terisak-isak. Eraisuli bergegas membawanya masuk ke rumah. Saat itu Vladd yang tertidur di atas pohon, terbangun karena kedinginan. Dia melongok ke bawah pohon. Ternyata anjingnya Sarah sudah pergi. Vladd langsung turun dan berlari kencang menuju rumah. . Sementara itu Mirna masih menangis meraung-raung di sofa ruang tamu. Maryati juga ikut sesenggukan. Eraisuli mondar-mandir dengan, gelisahnya. Sementara Lukijo berdiri dengan kepala menunduk kuyu. "Apa hukuman Mami terlalu kejam, Pi? Biasanya Vladd kan betah sekali mengurung diri di kamarnya. Ini kok malah kabur! Gimana kalo dia ketemu orang jahat. Dipaksa jadi anak jalanan. Atau, dia terpaksa harus ngamen. Kasian dia, Papi, suaranya kan fales!" ceracau Smirnov di antara tangisnya. "Sudah dong, Mi. Kapten Iswahyudi sudah menyebar anak buahnya buat nyari Vladd. Munir dari Kontras juga udah janji bakal terus melacak Vladd. Mami tenang aja!" bujuk Eraisuli. Mendadak tangis Maryati jadi kencang. "Ini semua salah saya! Mas Vladd kan tanggung jawab saya. Tuan sama Nyonya, saya bersedia mundur dari jabatan housekeeper sekarang juga!" Tiba-tiba pintu terbuka. Vladd muncul dengan berkeringat dan napas ngos-ngosan habis lari. Semua menatap Vladd, kaget. "Ehh, Mami-Papi udah pada siap, ya? Sebentar ya, Vladd mandi dulu!" ujar Vladd kalem. Smirnov yang tadi nangis kontan jadi galak. "Dari mana aja kamu, Vladd? Kamu nggak tau kita semua panik cari kamu!" "Engg, sori, Mi, Vladd ketiduran di atas pohon!" sahut Vladd sambil garuk-garuk kepala. "Kamu!" Kali ini Eraisuli yang kesel. "Papi udah buru-buru dari Batam. Ehh, kamu enak aja ketiduran di atas pohon!" "Iya deh iya, Vladd minta maaf. Tapi Vladd jangan dimarahin terus dong. Ntar jadi nggak mandi-mandi nih. Katanya mau dinner di luar?" Vladd membela diri. Eraisuli memeriksa jam tangannya. "Percuma, Vladd. Sekarang sudah jam sembilan malam. Begitu nyampe, restorannya udah tutup," keluh Eraisuli. Smirnov melirik Maryati yang matanya masih berair. "Mar, bilang Zuleha, siapkan meja makan. Kita makan malam di rumah!" Eraisuli dan Vladd saling pandang, lalu nyengir. Pagi ini Sarah asyik bermain dengan anjingnya. Vladd memperhatikan mereka dari balik jendela kamarnya. Dia tersenyum manis, menyambar remote control-nya, lalu berlari keluar rumah. Vladd bersembunyi di balik tembok pembatas rumah. "Kemaren saya, sekarang giliran kamu, Sarah!" gumam Vladd. Kemudian Vladd mengarahkan remote-nya pada Tessa. "Buas!" katanya. Tiba-tiba saja anjing yang semula jinak dan akrab dengan Sarah itu mendadak menggonggong pemiliknya. Sarah kaget. "Tessa, kenapa kamu?" tanya Sarah heran. Dari balik tembok, Vladd kembali mengarahkan remote-nya. "Kejar!" kata Vladd sambil memijit remote. Mendadak anjing itu bersiap menerkam Sarah hingga Sarah ketakutan lalu berlari terbirit-birit. Sarah terus berlari hingga berjumpa pohon yang kemarin dinaiki Vladd. Setelah melorot berkali-kali akhirnya Sarah berhasil menaiki pohon tersebut. Dan duduk di dahan yang kemarin diduduki Vladd. Sementara itu di bawah pohon anjing Sarah terus menyalak dengan galaknya. Menunggui Sarah turun. Vladd muncul dari tempat persembunyiannya lalu cekakakan ngetawain Sarah. . "Ini namanya senjata makan tuan, Sar!" kata Vladd sambil terus ketawa. Di atas pohon Sarah menatap Vladd dengan geram. Tapi dia nggak bisa berbuat apa-apa. Anjingnya masih menunggu di bawah pohon dengan taringnya yang tajam. Hiii! 6. Terpaksa Bolos SUASANA di rumah Vladd pagi itu cukup heboh. Smirnov sibuk mengaduk-aduk lemari pakaiannya dibantu Maryati dan Lukijo. "Pilih yang masih bagus tapi modelnya sudah kuno! Jangan pilih yang masih saya suka!" perintah Smirnov cerewet. Maryati mengacungkan sehelai scraft. "Yang ini, Nyonya?" "Hush! Itu oleh-oleh Tuan Er dari Paris!" cetus Mami galak. "Jadi nggak boleh dilelang?" tanya Maryati lagi. "Ya jelas nggak boleh!" Maryati girang. "Kalo gitu buat saya ya, Nyonya? Boleh, kan?" Smirnov merebut scarf di tangan Maryati dengan kasar. "Enak aja!" Maryati manyun. Lukijo nyengir. "Mar, jatah kamu itu kalo baju Nyonya ada yang nggak laku dilelang," timpal Lukijo. "Boleh juga tuh!" sahut Maryati. "Eit, tunggu dulu! Kalo dilelang nggak laku, bajunya diobral ya, Nyonya?" kata Lukijo lagi. Mirna manggut-manggut. "Kalo diobral ada yang nggak laku..." Omongan Lukijo keburu dipotong Maryati. "Boleh buat saya!" Maryati bersemangat. "Sembarangan!" sambar Lukijo. "Bukan buat kamu, Mar. Tapi dibagikan langsung buat fakir miskin dan orang jompo!" Maryati makin manyun. Lukijo cekikikan. . "Sudah, sudah! Kerjanya jangan sambil ngobrol. Saya hampir terlambat ni!" potong Smirnov galak. Maryati dan Lukijo kontan mingkem. Nggak berani ribut lagi. . Eraisuli saat itu sedang sarapan sambil membaca koran pagi. Smirnov nongol sambil membawa dua buah tas belanja sarat isi. Di belakangnya Maryati dan Lukijo mengiringi dengan bawaan yang tak kalah hebohnya. Eraisuli menurunkan koran paginya. "Mau minggat, Mi?" "Sembarangan! Ini pakaian yang dua-tiga kali pakai, Mami sudah bosan. Mau Mami sumbang buat lelang. Hasilnya buat menyantuni anak-anak yatim di Sukabumi," jawab Smirnov sambil meneguk susu di meja makan dengan sekali teguk kemudian berlalu. Eraisuli menatapnya, bengong. "Nyantunin anak yatim pake jauh-jauh ke Sukabumi!" gerutu Eraisuli, lalu melanjutkan membaca koran. "Anak yatim dekat sini nggak ada, Tuan," celetuk Maryati. "Betul, Tuan, paling deket di Cinanggrak," timpal Lukijo. "Anak yatim yang deket, ada!" sahut Eraisuli. "Di mana, Tuan?" tanya Maryati dan Lukijo kompak. Eraisuli menepuk dadanya, bangga. "Ini juga anak yatim!" Maryati dan Lukijo manyun. Lalu bergegas meninggalkan Eraisuli karena Smirnov sudah teriak-teriak di teras depan. Sementara itu Vladd baru bangun dari tidurnya. Dia melirik weker di meja lalu terlonjak kaget. "Jam tujuh? Gilaa!!" Vladd me-remote dirinya menjadi segar dan berseragam rapi. Lalu melesat keluar kamar. Dia menyambar sandwich di meja makan. Bik Zuleha makin geleng-geleng kepala. " Terlambat, Mas?" "Iyaa!" sahut Vladd sambil berlari keluar. Di teras Maryati, Lukijo, dan Narsakip yang baru melepas kepergian majikan mereka bengong melihat Vladd. "Ya ampun, Mas Vladd!" jerit Maryati panik. "Aduhh, maaf, Mas! Dari subuh saya diminta Nyonya nyeleksi baju buat lelang amal. Saya nggak ingat Mas harus sekolah!" "Bener, Mas, saya juga diminta ngebantuin. Sampe Narsakip yang saya serahin tugas menjaga tamu," sahut Lukijo. "Iya, Mas, untung tamunya tukang sayur," timpal Narsakip. "Terus bis jemputannya?" tanya Vladd kesal. "Ya mestinya tadi sudah mampir. Lalu pergi lagi. Abis Mas Vladd-nya nggak muncul-muncul," jelas Lukijo. "Johan?" tanya Vladd lagi. "Nganter Nyonya ke Sukabumi," jawab Maryati kalem. Vladd nggak tahan lagi, dia teriak kenceng banget, "Kalian nunggu apa lagi? Cepet cariin taksi! Cepeeet!!!" Maryati cs berhamburan keluar. Nggak lama kemudian Vladd sudah berada di dalam taksi. Vladd duduk di kursi belakang. Sementara Maryati yang memaksa ikut duduk di sebelah sopir. "Saya tau Mas Vladd nggak suka saya anter. Tapi ini tugas saya, Mas. Memastikan Mas Vladd selamat tiba di sekolah. Kalo Mas Vladd di jalan kena apa-apa, gimana? Kalo Mas diculik? Atau dirampok? Atau dianiaya? Siapa yang susah? Hayo, Mas, siapa yang susah?" kata Maryati dengan cerewetnya. Vladd yang lagi panik karena terlambat, me-remote Maryati untuk diam. Kontan housekeeper itu kehilangan suara. Mulutnya termonyong-monyong bicara tanpa suara. Si sopir taksi melirik Maryati dengan heran. Lalu menyeringai. Belum puas, Vladd me-remote Maryati untuk pulang ke rumah. Vladd minta sopir menepikan taksinya. Bagai dihipnotis Maryati turun dari taksi dan berjalan kaki pulang ke rumah. Sopir taksi menyeringai makin seram. Vladd tertidur sambil tersenyum lega. Taksi berbelok ke sebuah jalanan sepi. Di sana taksi berhenti. Seorang laki-laki berwajah seram sudah menanti. Si sopir taksi keluar dari taksi dan menghampiri si wajah seram. "Kali ini kelas kakap, Mon! Anak orang kaya. Minta berapa saja sama orangtuanya pasti diberi!" kata sopir taksi girang. "Mana anaknya?" tanya si seram mengernyit. "Kutinggal dia tertidur dalam taksi!" "Bodoh kali kau! Macam mana pula mangsa kautinggal dalam taksi. Kalau dia kabur, merengek lah kau!" damprat si seram. Sopir taksi dan temannya yang berwajah seram menghampiri taksi. Sementara itu Vladd yang sudah bangun pura-pura masih tertidur. Begitu sopir taksi membuka pintu dan berusaha mengggapainya, Vladd kontan me-remote-nya sambil memencat tombol dance. Sopir taksi kontan joget dangdut tanpa iringan musik. Vladd cekikikan. Si seram jadi marah-marah. "Ngapain kau berjoget? Tugas kau menangkap anak itu. Yang serius lah kalau merampok!" ujarnya lalu berusaha menangkap Vladd. Vladd berkelit. Kemudian meremote si seram, sambil menekan tombol sing. Mendadak si seram berubah jadi pengamen cilik berusia enam tahunan. Dengan kecimpring dia mengiringi joget si sopir taksi dalam lagu dangdut ceria. Vladd ketawa lalu meloncat turun dari taksi. Tapi lalu dia celingukan, bingung. Dia tidak mengenali daerah ini. Untung nggak lama kemudian melintas sebuah bajaj. Vladd langsung mencegat bajaj itu dan buru-buru pergi ke sekolah. Di dalam bajaj Vladd asyik main game hingga tas sekolahnya jatuh. Tas Vladd terbuka hingga lembaran lima puluh ribuan di dalamnya berhamburan dalam bajaj. Vladd memungutinya satu per satu. Tukang bajaj menyaksikan tingkah Vladd. Dia memejamkan matanya. Nggak lama kemudian tukang bajaj menepikan bajajnya. "Maaf, Dik, sebaiknya Adik turun di sini," kata tukang bajaj. Vladd bengong. "Kok di sini? Kan belum sampe sekolah saya?" "Saya takut gelap mata, Dik. Uang Adik banyak sekali. Saya tak ingin merampok Adik," jelas tukang bajaj. "Ngerampok?" Vladd heran. "Kalo mau ngerampok, kenapa saya malah disuruh turun?" "Anak saya sedang demam, Dik. Saya nggak berani bawa dia berobat. Nggak kuat bayar. Kalo Adik di bajaj ini terus, saya bisa ngerampok Adik." Vladd tereenung sejenak. Lalu membuka suara, " Begini deh, Bang, sekarang kita ke rumah Abang. Jemput anak Abang. Kita ke dokter sekarang juga!" sahut Vladd bersemangat. "Adik nggak ngerti, ya? Kan saya bilang, saya nggak mampu bawa anak saya berobat," tukas tukang bajaj kesal. "Saya punya dokter keluarga, Bang. Abang nggak usah khawatir. Jam segini dia praktek di Rumah Sakit Kenanga. Ayo, Bang!" Meskipun ragu tukang bajaj akhirnya membawa Vladd ke rumahnya. Di sebuah perumahan kumuh bajaj berhenti. Istri tukang bajaj kaget melihat suaminya datang bersama Vladd. "Silakan masuk, Dik. Maaf, rumahnya kotor. Habis Ucok rewel terus. Nggak bisa ditinggal kerja," kata istri tukang bajaj. Tukang bajaj dan istrinya masuk kamar. Vladd me-remote sekeliling ruangan sambil mencet tombol clean. Dalam sekejap rumah itu jadi bersih mengilap. Tukang bajaj dan istrinya muncul kembali bersama seorang anak laki-laki kecil berwajah pucat. Vladd kontan pura-pura nyapu. Semua melotot kaget. "Ehh, maaf, saya nyapu. Nggak apa, ya?" ujar Vladd buru-buru. . Tukang bajaj dan istrinya tersenyum penuh haru. Mereka nggak bisa berkata-kata. "Ya udah. Yuk, Bang, kita ke dokter!" kata Vladd lagi. Nggak lama mereka semua meluncur ke Rumah Sakit Kenanga. Sementara itu Sapi'i nongol di kantin sekolah Vladd. Saat Sapi'i celingukan, James dan Perry masuk kantin. Yudiantara nggak ikut. Dia sedang ngumpulin bahan untuk makalah. Makalah mereka bertiga. James, Perry, dan Yudiantara. "Ngapain kamu ke sini?" tegur James sambil mendorong kepala Sapi'i. Dengan gaya bodyguard Perry menatap Sapi'i dengan tatapan melecehkan. "Saya cari Vladd," sahut Sapi'i antara kesel dan takut. "Temen kamu itu bolos, tau!" cetus James. "Gimana, James? Hajar aja?" tawar Perry nggak sabar. Sapi'i kontan ciut dan menatap Perry dengan khawatir. "Jangan, Per. Tanpa Vladd, dia nggak berguna," jawab James sambil ngeloyor pergi. Perry menguntit setelah sebelumnya mendorong Sapi'i hingga jatuh ngejublak ke belakang. Sapi'i berusaha berdiri sambil ngerutuk, "Di mana sih kamu, Vladd?" Vladd yang ditunggu ternyata sedang berada di kamar periksa Dokter Saragih. Di Rumah Sakit Kenanga. Kalo siang dokter langganan keluarga Vladd ini memang praktek di sana. Sementara Dokter Saragih sedang menulis resep, Vladd asyik main dokter-dokteran sama Ucok, anak tukang bajaj. Perut Ucok ditempeli stetoskop. "Bunyi kriuk-kriuk, Cok! Kamu lapar ya?" kata Vladd sok tau. Ucok kecil tersenyum geli. "Abis Ucok belum makan." "Makanya, makan dong!" "Nggak mau, Kak Vladd." "Ntar perut kamu jadi kayak gini lho!" Vladd me-remote perut Ucok jadi gede kayak orang hamil. Ucok bengong kaget sebelum yang lainnya memperhatikannya, Vladd buru-buru menormalkan kembali perut Ucok. "Makanya Ucok harus makan yang bener. Biar nggak busung lapar kayak tadi," kata Vladd pelan. Ucok memanggil ibunya yang bicara sama Dokter Saragih. "Mak! Ucok mau makan! Ucok pengen sembuh!" teriaknya. Tukang bajaj dan istrinya menatap Ucok nggak percaya. Soalnya sejak beberapa hari Ucok mogok makan. Maunya cuma minum sama makan kue. Sekarang tiba-tiba saja dia teriak minta makan. Dokter Saragih yang pertama sadar kalo kejutan ini ulah Vladd. Dokter kocak itu mengacungkan jempol ke arah Vladd. Tukang bajaj dan istrinya serta-merta berterima kasih pada Vladd. "Saya harus sekolah. Saya duluan, ya?" kata Vladd, langsung ngabur. Tawaran tukang bajaj untuk mengantarnya ditolak. Kata Vladd, lebih baik segera beli obat. Biar Ucok cepat sembuh. Orangtua Ucok panik ditinggal Vladd. Mereka khawatir harus bayar ongkos periksa yang cukup mahal. Belum lagi menebus obat buat Ucok. "Maaf, Dok, kami ke sini diajak Dik Vladd. Kami sebetulnya takut datang ke Dokter," istri tukang bajaj berkata pelan. "Takut sama saya? Jangan khawatir, saya udah jinak kok!" "Ngg, bukan, Dok, kami, ehh, kami nggak punya biaya. Maklum, Dok , saya cuma...," sambung tukang bajaj. "O, itu bisa diatur!" potong Dokter Saragih. "Hari Minggu besok Bapak dinas nggak?" "Dinas? Maksud Dokter narik bajaj? Iya, Dok, saya narik." "Besok istri saya minta dianter belanja. Padahal mobil saya masih di bengkel. Gimana kalo besok pagi bajajnya saya carter?" Tukang bajaj tersenyum lega. Tapi kemudian dia bicara lagi dengan khawatir. "Tapi, kami nggak sanggup nebus obat, Dok." Ucok mengeluarkan dua lembar lima puluh ribuan dari saku bajunya. "Ini dari Kak Vladd, Pak. Katanya buat beli obat." Orangtua Ucok bengong. Saat itu Vladd yang buru-buru nyeberang jalan nyaris ketabrak ojek motor. Untung tukang ojeknya sigap langsung membanting setir ke kiri. Akibatnya dia kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Beberapa detik sebelum motornya jatuh menimpa si tukang ojek, Vladd me-remote-nya sambil memencet tombol shrunk. Mendadak motor tersebut berubah jadi sepeda balita. Tukang ojek bengong ketimpa sepeda. Setelah dia berdiri, VI add menormalkan motornya ke ukuran semula. "Nyebrang liat-liat dong! Jangan asal lari!" cetus tukang ojek kesal. Tiba-tiba dia mengernyit. "Ehh, situ anaknya nyonya yang waktu itu naik ojek saya, ya? Yang sore-sore di tempat praktek dokter. Nyonya cantik tapi cerewetnya minta ampun! Mana helm saya dipake terus! Iya, ya? Situ anaknya dia?" "Iya kali!" sahut Vladd ragu. "Saya inget banget. Soalnya situ rambutnya jabrik. Nyonya itu kebalikannya. Rapi banget! Mau ke mana? Cepet deh naik!" Vladd bengong. "Iya, Nyonya itu emang cerewet. Tapi baik banget. Sekarang saya anter situ ke mana aja, terserah situ. Gratis!" Nggak mikir lagi Vladd kontan nangkring di boncengan motor ojek tersebut. Dan ojek pun segera berlalu. Di teras rumah Vladd terjadi kepanikan. Sapi'i ngelapor hilangnya Vladd ke Maryati cs. Maryati langsung lapor ke Smirnov. Mami Vladd itu kontan menebar kepanikan pada Eraisuli. Bahkan sukses membubarkan meeting yang diadakan Eraisuli. Sekarang Sapi'i dan seluruh penghuni rumah Vladd diwawancarai polisi. Terutama Maryati. Sebab dia yang terakhir kali melihat Vladd. "Pak Polisi, yang terakhir kali liat Mas Vladd bukan saya. Tapi sopir taksi!" Maryati membela dirinya. "Jadi kemungkinan besar justru sopir taksi itu yang menculiknya," sahut Pak Polisi tegas. Smirnov lemes dipeluk Eraisuli. Maryati ikutan nyender ke Bik Zuleha. Lukijo, Narsakip, dan Johan berpelukan sedih. Saat itu Vladd nongol naik ojek. Karena kesiangan dia terpaksa bolos sekolah. Soalnya begitu tiba di sekolah, murid-murid sudah bubaran. Sapi'i yang pertama melihat kedatangan Vladd. "Kok naik ojek, bukan taksi?" gumam Sapi'i pelan. Semua menatap Sapi'i heran. Sapi'i menunjuk Vladd yang turun dari ojek dengan wajah tanpa dosa. Smirnov, Eraisuli, dan Maryati cs kontan berhamburan menyongsong Vladd. Vladd dipeluk erat-erat, dijitaki, dicubiti abis oleh seluruh penghuni rumah. Gudang Download Ebook: www.zheraf.net http://zheraf.wapamp.com 7. Sebuah Kejutan SETIAP menjelang ultah pernikahan, mami Vladd selalu heboh. Pengen bikin pesta kejutan. Tapi saking sering dan rutinnya acara tersebut, Eraisuli malah jadi muak. Boro-boro terkejut. Papi Vladd seringnya malah sebel! Kayak sekarang ini. Eraisuli bicara dengan nada kesel pada Smirnov di telepon. "Pokoknya, Mi, kali ini nggak ada pesta-pesta kejutan. Papi udah bosen terkejut. No more kejutan!" Jelas aja maminya Vladd ikutan, kesel. Abis omongannya belum selesai, Eraisuli udah nutup telepon. "Nggak ngerti disayang!" omel Smirnov manyun sambil mematikan HP-nya. Johan yang saat itu menyopiri Smirnov nyeletuk cuek, "Siapa, Nyonya? Tuan Er, ya?" Lalu Smirnov curhat kekesalannya pada Johan. Dia bilang cuma nanya alamat relasinya aja, Eraisuli malah marah-marah. "Tapi tahun lalu Nyonya kan sudah punya alamat mereka. Kalo toh ada yang pindah, gampang ngeceknya," kata Johan heran. "Iya, tapi masalahnya semua alamat itu sudah hilang!" Johan cuma bisa nyengir aja. Sementara itu di sekolahnya Vladd baru masuk ke kelas. Seperti biasa di. langsung main game di subnotebook-nya. Tau-tau Sapi'i nongol. Dengan kalemnya dia mematikan komputer Vladd. "Kagak bolos lagi nih?" Vladd manyun, nyalain lagi komputernya. Ehh, dimatiin lagi sama Sapi'i. Vladd kesel, lalu me-remote Sapi'i. "Sorry, Pi'i. Ini kamu yang mulai." Mendadak Sapi'i mengejang kayak orang kesetrum. Vladd kasian juga. Buru-buru dia me-remote Sapi'i jadi normal kembali. "Sial kamu, Vladd! Awas ya, ntar saya bocorin rahasia remote kamu ke anak-anak. Biar! Biar pada tau kalo..." Vladd panik, kembali me-remote Sapi'i. "Lupa!" Tiba-tiba Sapi'i bengong menatap Vladd. "Kamu tuh siapa? Saya siapa? Ngapain kita di sini?" "I'? Kamu bener-bener nggak inget?" tanya Vladd nggak yakin. "Nama saya I'? Kalo kamu? A? U? E? O?" tanya Sapi'i polos. Nggak tega liat Sapi'i linglung begitu, Vladd me-remote Sapi'i jadi normal lagi. Sapi'i ngomel-ngomel lagi. "Kamu mau enaknya aja, ya? Kamu nggak tau kemarin saya jatuh ngejublak dikerjain Perry sama James. Mereka bilang saya nggak ada gunanya kalo nggak ada kamu. Saya sebel kamu, Vladd. Sebel! Biar nanti saya bilang ke semua orang rahasia remote kamu. Biar..." Belum sempat Sapi'i mengakhiri kalimatnya, Vladd udah nge-remote dia jadi lupa lagi. Abis khawatir Sapi'i buka mulut sih. Kalo sampai kejadian begitu, gawat banget, kan? Bel tanda pelajaran pertama dimulai berbunyi. Tiga jam pertama waktunya olahraga kelas Vladd. Vladd menyeret Sapi'i ke ruang loker. Vladd celingukan sebentar. Memeriksa keadaan. Kalo ada James, Perry, dan Yudiantara, kehadiran Sapi'i di sini jadi nggak aman. Untung trio sirik itu nggak keliatan batang hidungnya. Vladd berhenti di depan sebuah loker. Loker milik Perry. Dia menyuruh Sapi'i membukanya. Sapi'i jelas aja nggak nyambung disuruh membuka loker. "Buka, I'! Ini kan loker kamu. Mana kuncinya?" desak Vladd. "Emang saya punya kunci?" tanya Sapi'i sambil memegangi pintu loker. Vladd lalu membuka loker itu dengan remote-nya. Sapi'i bengong menyaksikan pintu loker terbuka dengan sendiri. Loker Perry itu dipenuhi oleh barang-barang aneh. Kaus kaki yang ujungnya bolong cuma sebelah. Jam tangan yang bagian tengahnya bolong. Topi pandan yang anyamannya sudah rusak. Foto Mike Tyson yang sedang menggigit kuping lawannya. Sapi'i mengambil sebuah sarung tinju dengan tulisan nama Perry. "Perry? Kok Perry? Kata kamu nama saya I'?" "Iya, nama kamu Perry. Panggilannya I'!" jelas Vladd asal. Pak Wim, sang koordinator olahraga, memasuki ruang loker. "Siapa anak dekil ini, Vladd?" Belum sempat menjawab, Sapi'i sudah berteriak girang, "Bang Muchlis, ya? Aduh, apa kabar, Bang? Masih jualan bakso di Menteng, Bang? Kapan-kapan saya ke sana deh. Udah kangen sama baksonya Bang Muchlis!" Pak Wim mengernyit, menatap Vladd. "Kenapa dia, Vladd?" "Ohh, ehh, dia lagi sakit, Pak!" sahut Vladd sambil memegangi jidat Sapi'i. "Tuh iya, Pak, rada anget!" Sambil terheran-heran Pak Wim berlalu. Tapi Sapi'i malah berteriak-teriak heboh memanggil Pak Wim, "Bang! Bang Muchlis! Jangan pergi dulu, Bang! Saya kan masih pengen ngobrol, Bang! Tungggu dulu, Bang!!!" Kejutan Smirnov pada pesta ultah perkawinan kali ini cukup unik. Dia berencana mendatangkan Lapoliwa, sobat Eraisuli waktu esde. Mereka berdua sudah tiga puluh tahun nggak ketemu. Lama banget, kan? Makanya, mami Vladd pengen banget ultah perkawinan mereka jadi reuni kejutan yang menyenangkan. Ide mendatangkan Lapoliwa memang menarik. Tapi Vladd yang ketiban sial. Soalnya selama tiga puluh tahun si Lapoliwa ini hilang lenyap nggak tentu rimbanya. Dan Smirnov menugaskan Vladd untuk melacak sekaligus membawa Lapoliwa ke pesta perkawinannya. Vladd nggak bisa protes atau nyerahin tugas itu pada yang lain. Semua penghuni rumah Vladd sudah punya tugas masing-masing. Bik Zuleha nyeleksi lima belas katering buat makanan pesta. Maryati ngurusin tim cleaning service, tim dekor, dan tim dokumentasi pesta. Lukijo ngurusin keamanan pesta. Narsakip bertanggung jawab dalam urusan kebun dan halaman. Johan kebagian tugas ngurus perparkiran dan mengkoordinir para sopir. Smirnov sendiri, sudah sibuk ngurusin kostum dan segala pernak-perniknya. Jauh-jauh hari mami Vladd itu sudah menginstruksikan seluruh penghuni untuk berpura-pura lupa hari ulta.h perkawinan itu. "Semua harus berjalan seperti biasa. Seperti nggak ada yang istimewa. Tapi begitu Tuan Er pergi ke kantor, semua bergerak cepat. Kerjakan tugas masing-masing!" Smirnov membrifing orblak dan Vladd. "Emang kapan, Mi, ultah perkawinannya?" celetuk Vladd polos. Smirnov tersenyum puas. "Nah, pinter! Kamu memang jago pura-pura lupa!" "Tapi, Mi, Vladd bener-bener nggak inget!" sahut Vladd. Mami Vladd kesel. Anaknya sendiri nggak perhatian dengan ultah perkawinannya. "Kamu keterlaluan, Vladd! Masa kamu nggak ingat? Tanggal dua belas September!" cetus Smirnov kesal. Maryati mengacungkan tangannya. "Ehh, maaf, Nyonya, bukannya tanggal tiga belas? Kemaren Nyonya sendiri yang bilang kalo ultah perkawinan Tuan Er sama Nyonya tanggal tiga belas." Smirnov jadi bingung sendiri. Dia jadi ikut-ikutan ragu-ragu kapan tepatnya ultah perkawinan itu. Dengan cueknya dia berjanji ngecek lagi tanggal yang benar di surat nikah. Hari H itu telah tiba. Begitu Eraisuli berangkat ke kantor, kesibukan luar biasa melanda rumah Vladd. Semua sibuk mempersiapkan pesta. Vladd masih belum menemukan alamat Lapoliwa. Hingga sore Vladd dan Sapi'i, yang ingatannya sudah di-remote normal kembali, berjalan menyusuri kompleks perumahan mewah. Mereka berhenti pada sebuah rumah bernomor 17. Vladd mengecek alamat tersebut pada selembar kertas. "Nomornya bener, I'," kata Vladd. Tanpa ragu Sapi'i memijit bel di pintu pager. Sekali. Nggak ada yang muncul. Sapi'i mijit sekali lagi. Tetap nggak ada reaksi. Sapi'i kesel. Dia mijit terus bel tersebut tanpa dilepas. Pintu terbuka. Seorang ibu-ibu bertubuh tinggi gede keluar sambil mengacungkan pukulan softball. "Pijit lagi kalo kalian pengen jadi bola!" ancam ibu-ibu tadi dengan suara berat. Vladd dan Sapi'i langsung kabur. Di sebuah rumah lain yang juga bernomor 17 mereka berhenti lagi. Di jalan yang sama ada dua rumah bernomor sama. Kali ini Vladd dan Sapi'i nggak langsung mijit bel. Mereka celingukan di depan rumah sambil mengagumi pohon mangga di halaman rumah yang sedang berbuah lebat. Dari dalam rumah terdengar teriakan keras. "Geggy, kejar mereka! Kejar pencuri mangga itu!" Sekonyong-konyong seekor anjing galak muncul dari balik pintu dan langsung menyerbu Vladd dan Sapi'i. Vladd dan Sapi'i kontan lari terbirit-birit. Sambil berlari Vladd berusaha me-remote anjing galak itu. "Stoop! Stoop! Berhentiii!!!" teriak Vladd. Bukannya nurut, anjing itu malah membuat salakan khas. Kayak serigala yang melolong. Dalam sekejap bermunculan anjing-anjing lainnya. Mereka bergabung ikut mengejar Vladd dan Sapi'i. Mendadak keduanya jadi pelari supercepat. Ngalahin juara dunia sprint. Sapi'i menarik Vladd masuk ke gang sempit. Gang tersebut ternyata berakhir di sebuah perkampungan kumuh. Mereka menoleh ke belakang, gerombolan anjing sudah berhenti mengejar mereka. Vladd dan Sapi'i terduduk lemas di atas rumput. "Kamu bercandanya keterlaluan, Vladd. Nggak liat situasi. Masa dikejar anjing satu aja nggak cukup? Pake nge-remote segala. Bikin anjingnya jadi beranak!" cetus Sapi'i kesal. "Siapa yang bercanda? Saya kan pengen ngeberentiin anjing itu. Biar nggak ngejar kita lagi. Tap remote saya lagi Low batt. Jadinya malah kacau!" sahut Vladd manyun. Vladd heran, kenapa para anjing itu berhenti ngejar mereka. Kata Sapi'i, mereka nggak berani masuk perkampungan. Takut nggak bisa balik ke kompleks. Karena perkampungan itu daerah teritorialnya anjing kampung. Jadi anjing-anjing kompleks itu segan berhadapan dengan anjing-anjing kampung. Setelah gagal menemukan rumah Lapoliwa, Vladd dan Sapi'i pulang ke rumah Vladd. Di ruang tamu sudah penuh orang. Ada tim cleaning service, tim dekorasi, tim sound system yang sibuk bekerja. Semuanya diawasi oleh Maryati. Sapi'i terbengong-bengong mengagumi dekorasi ruang tamu. Maryati yang melihat kedatangan Vladd langsung main perintah. "Ayo, Mas Vladd, Sapi'i, kalian bantu masang bunga di taman kecil di pojokan itu!" ujar Maryati belagu. Vladd malah bergegas menyeret Sapi'i ke kamarnya. Sapi'i rada nggak enak juga. Sebetulnya dia nggak keberatan bantu-bantu. Tapi menurut Vladd mereka masih punya tugas. Yaitu membawa Lapoliwa, sobat esde Eraisuli, ke pesta. Di kamarnya Vladd sibuk mengetak-ngetik. Klik sana, klik sini. Serius banget. Sementara Sapi'i berdiri di sampingnya dengan wajah nggak sabar. "Masih lama, ya?" tanya Sapi'i. Vladd nggak menjawab. Sibuk mengetik. Mendadak wajah Vladd berseri-seri. Dia mengklik mouse komputernya. "Liat, I'!" kata Vladd girang. "Alamat Oom Lapoliwa!" Pada layar monitor tercantum tulisan : ERWINDA LAPOLIWA, Jl. KESEMEK 29, JAKARTA Vladd memijit keyboard-nya. Terbaca nomor telepon Lapoliwa. Nggak pake mikir lagi Vladd langsung mengangkat teleponnya. Menghubungi nomor tersebut. Sapi'i pamit pulang. Dia nggak ikut Vladd menjemput Lapoliwa. Soalnya masih harus mengurus adik-adiknya. Sementara itu ruang tamu rumah Vladd sudah ramai. Smirnov makan cheese cake dengan gelisah. Maryati dan Zuleha tiap semenit mengintip jendela. Semua menunggu kedatangan Eraisuli yang tak kunjung tiba. Begitu terdengar suara langkah kaki dari luar, Maryati memberi kode pada Smirnov. Smirnov kontan menelan potongan cheese cake-nya yang masih besar. Lalu berteriak nyaring, "Perhatian! Eraisuli datang! Bersembunyiii!!!" Para tamu langsung berloncatan ngumpet. Ada yang ngumpet di kolong meja, di belakang sofa, di balik pintu, dan lain sebagainya. Pokoknya ngumpet. Maryati membuka pintu. Sesosok tubuh yang tenggelam oleh kardus besar yang dibawanya, masuk ke dalam ruangan. Seketika Smirnov dan para tamu berteriak kenceng, "SURPRISE!!!" Dari sisi kardus, menyembul sebuah wajah cengengesan. Bukan wajah Eraisuli! Ternyata dia cuma kurir yang bertugas membawa kado ultah perkawinan Smirnov dan Eraisuli. Nggak berapa lama kejadian yang sama terulang. Semua tamu sudah berloncatan ngumpet. Ternyata yang nongol cuma Sapi'i yang nyari Vladd. Akibatnya Sapi'i diomelin semua orang. Untung Bik Zuleha berhasil mengevakuasi Sapi'i ke kamar Vladd. Vladd tiba di depan rumahnya. Dia turun dari taksi bersama Lapoliwa. Vladd sukses membujuk Lapoliwa dengan iming-iming telah memenangkan undian tur keliling Eropa. Namanya diundi dari ribuan nama yang dipilih secara acak dengan komputer. Saat Vladd dan Lapoliwa memasuki rumah, semua sudah cuek. Tamu-tamu nggak ada yang sembunyi. Setelah diberitahu Vladd bahwa dia berhasil membawa Lapoliwa, baru Smirnov girang. "Aduh, Vladd! Kamu memang anak Mami yang pinter!" katanya sambil ngesun pipi Vladd. "Tapi, Mi, tadi Vladd bilang klo Oom Lapoliwa menang undian tur ke Eropa. Jadi jangan nyebutin nama Papi ya, Mi? Jangan bilang kalo ini acara ultah perkawinannya Papi-Mami. Biar bener-bener kejutan!" bisik Vladd. Smirnov manggut-manggut lalu bergegas menemani Lapoliwa. Sedang asyik-asyiknya Smirnov ngobrol sambil menemani Lapoliwa makan, Eraisuli muncul di pintu dengan wajah suntuk. Smirnov kontan teriak kenceng, "Semua ngumpet!!!" Para tamu berloncatan ngumpet dengan bodohnya. Lalu Smirnov menjerit lagi, "Satu-dua- tiga... SURPRISE!!!" Para tamu nongol sambil berteriak girang. Eraisuli cuma nyengir sedikit. Nggak terkesan sama sekali. Sementara itu Lapoliwa menatap Eraisuli dengan pucat. Dia keliatan panik sekali menyaksikan kehadiran Eraisuli. "Si-siapa itu, Nyonya Mirna?" tanyanya sambil ngumpet di balik punggung Smirnov. "Pak Lapoliwa bisa aja! Dia kan Eraisuli, suami saya. Teman esde Pak Lapoliwa!" sahut Smirnov sambil ketawa geli. Mendengar penjelasan Smirnov, Lapoliwa malah makin panik. Dia berencana kabur lewat pintu belakang. Tapi Smirnov malah menyeretnya menghampiri Eraisuli. Begitu melihat Lapoliwa dari dekat tiba-tiba Eraisuli membentak dengan kasar, "Kamu? Ngapain kamu di sini? Keluar dari rumah ini sekarang juga. Atau saya laporkan kamu ke polisi!" Dan Lapoliwa pun lari terbirit-birit keluar rumah. Belakangan Eraisuli cerita kalo Lapoliwa yang diusirnya itu Lapoliwa palsu. Lapoliwa yang asli sudah lama meninggal dunia. Sejak Eraisuli masih kuliah. Lapoliwa palsu ini dulu pernah nipu papi Vladd. Ngaku-ngaku saudaranya Lapoliwa, teman esde Eraisuli. Minta ini-itu. Ngajak kerja sama proyek macam-macam. Nggak taunya cuma proyek fiktif. Dia cuma nguras duit Eraisuli. Belum sempat diajukan ke pengadilan, dia sudah kabur. Malam itu saat Vladd ngumpul di kamar Smirnov-Eraisuli, kedua orangtuanya menagih kado ultah perkawinan mereka. Mereka nolak dikadoin Lapoliwa palsu sama Vladd. "Ya udah, ini Vladd kasih kado buat Papi-Mami." Vladd me-remote orangtuanya. "Tidur!" Smirnov dan Eraisuli kontan tertidur lelap. Saat Vladd berjingkat-jingkat akan keluar kamar, tawa Smirnov dan Erasuli meledak. Vladd kaget banget. Lalu memeriksa remote controlnya. "Lagi-lagi low batt!" keluh Vladd kesal. -Selesai- Gudang Download Ebook: www.zheraf.net http://zheraf.wapamp.com